Laman

Jumat, 21 Oktober 2011

Air Terjun Lembah Anai


A. Selayang Pandang

Air terjun Lembah Anai terletak di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Padang dan Kota Bukittinggi, dua kota yang menjadi sentra bagi tata pemerintahan, pertumbuhan ekonomi, dan pariwisata di Provinsi Sumatra Barat. Lokasinya yang tepat berada di sisi jalan, membuat air terjun ini mampu menarik perhatian para wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Air terjun ini termasuk ke dalam kawasan konservasi cagar alam Lembah Anai, namun sayangnya cagar alam tersebut seolah tersembunyi di balik nama besar Air Terjun Lembah Anai.
Keindahan panorama yang dipancarkan Air Terjun Lembah Anai dengan “citra alam” yang masih asri menunjang peningkatan kunjungan para wisatawan ke daerah Sumatra Barat,. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatra Barat melalui Dinas pariwisata menetapkan objek wisata Air Terjun Lembah Anai sebagai salah satu ikon pariwisata di provinsi tersebut.

B. Keistimewaan

Sumber Air Terjun Lembah Anai berasal dari Gunung Singgalang. Airnya yang jernih mengalir menyusuri perbukitan menuju lereng, lalu mengalir terus melewati cagar alam Lembah Anai sebelum sampai di tepi tebing yang curam. Dari tebing ini, aliran air kemudian terjun ke dasar lembah yang memiliki ketinggian sekitar 50 meter dan membentuk kawah tempat air berkumpul. Airnya yang turun dengan cepat saling susul-menyusul dan memercikkan kabut air. Kabut tersebut membentuk gugusan indah yang berwarna-warni ketika disinari oleh cahaya mentari.
Sebelum sampai di lokasi, baik bagi para wisatawan yang datang dari Kota Padang maupun Kota Bukittinggi akan melewati jalan yang berkelok-kelok dengan pemandangan yang indah. Di sebelah kanan dan kiri jalan, para pelancong dapat menyaksikan lembah dan bukit yang menghijau ditumbuhi aneka pohon. Di sepanjang jalan menjelang Air Terjun Lembah Anai, para wisatawan juga dapat menyaksikan monyet-monyet yang berkeliaran seakan-akan dengan senang hati menyambut kehadiran para pelancong yang datang dari jauh. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan suasana yang ada di sekitar objek wisata, di mana gerombolan monyet juga banyak berkeliaran.

C. Lokasi

Air Terjun Lembah Anai terletak di Lembah Anai, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia.

D. Akses

Jika wisatawan memulai perjalanan dari Kota Padang, perjalanan dapat ditempuh selama lebih-kurang 1 jam menggunakan angkutan umum, dengan ongkos sekitar Rp 15.000―Rp 20.000 per orang (Agustus 2008). Selain angkutan umum.

E. Akomodasi dan Fasilitas lainnya

Di sekitar lokasi terdapat beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan guna menambah kenyamanan berekreasi. Di sepanjang jalan di lokasi wisata ini terdapat warung yang menyajikan aneka makanan dan minuman, serta beraneka oleh-oleh khas Sumatra Barat, seperti keripik sanjai, beras rendang, galamai (dodol), dan aneka oleh-oleh lainnya. Bagi para wisatawan yang tidak sempat mempersiapkan makanan menjelang berangkat menuju objek wisata ini tidak usah khawatir, karena di antara sekian banyak warung yang berjejer di sepanjang jalan juga terdapat beberapa rumah makan yang menyajikan aneka hidangan khas masakan Padang.
Untuk kenyamanan para pelancong yang menggunakan mobil pribadi, tersedia parkir yang cukup luas untuk parkir kendaraan. Selain itu, obyek wisata ini juga memiliki fasilitas kamar mandi sebagai tempat mengganti pakaian dan membilas badan setelah selesai mandi di bawah guyuran air terjun.

Kamis, 13 Oktober 2011

THE KMERS & SPARTACKS


Ada catatan-catatan menarik seputar the kmers dan spartacks . Seperti kita kitahui keduanya merupakan suporter Semen Padang FC. The Kmers merupakan suporter yang berada langsung dibawah manajemen semen padang fc, the kmers lebih dahulu dibentuk. Sementara spartacks merupakan suporter independen (mandiri) yang baru berdiri sekitar setahun yang lalu.

Kedua kelompok suporter ini tampak aktif disepanjang pertandingan mereka, terutama amati pada laga yang disiarkan langsung oleh Antv.




Namun ada perbedaan mendasar dari kedua kelompok ini. Walaupun the kmers lebih dahulu ada dan langsung berada dalam manajemen semen padang, namun spartacks yang lebih familiar terdengar. Padahal spartacks merupakan suporter yang baru.

Apa yang menyebabkan spartacks bisa menjadi lebih populer? Mungkin inilah kelebihan soporter independen, mereka harus membangun organisasi mereka sendiri dan berdiri diatas kaki sendiri. Jika tidak ingin tenggelam maka organisasi harus cepat terbentuk dan tersebar didaerah-daerah di seluruh Indonesia. Sejak berdiri spartacks sangat gencar dalam mengembangkan organisasi , dan sekarang sudah banyak terbentuk perwakilan atau jorong disetiap daerah.

Spartacks terlihat aktif merekrut anak-anak muda sampai ke mahasiswa dikampus, sebelum spartacks berdiri tidak pernah melihat selebaran yang ditempel di mading kampus tentang info rekrutment anggota untuk the kmers. Selebaran spartacks-lah yang terlebih dahulu menyentuh area paling pontensial tersebut. Beberapa bulan setelah selebaran spartacks tersebut ditempel baru lihat selebaran the kmers. Tentu ini sebuah kerugian bagi the kmers sebagai suporter yang lebih dahulu ada. Saat ini tidak mungkin jika satu orang merangkap jadi anggota the kmers dan spartacks. Karena spartaks lebih gencar merekrut maka spartacks-lah yang akan kebagaian lebih banyak.

Nah, selain faktor perkembangan organisasi diatas, ada hal yang paling penting dan sangat krusial di jaman teknologi informasi saat ini. Jika hanya membentuk organisasi di dunia nyata saja itu tidak cukup, teknologi informasi harus dimanfaatkan untuk mengangkat imej organisasi kepermukaan. Salah satu yang bisa  dimanfaatkan adalah jejaring sosial seperti facebook dan twitter, serta harus ada situs sebagai sumber informasi pendukung. Dikenal didunia online akan lebih mudah dikenal didunia nyata, setuju?

Selama ini fbc tidak melihat ada twitter atau facebook the kmers  yang benar-benar menunjukan bahwa mereka adalah the kmers. Yang selama ini terlihat hanya twitter dan facebook atas nama semen padang fc tidak jelas apakah itu milik klub atau suporter. Jika yang mengelola adalah the kmers maka akan sangat disayangkan sekali the kmers kurang  dikenal di komunitas online karena kurang menunjukan identitas yang unik did unia maya tersebut. Walaupun suporter yang berada dibawah manajemen semen padang, the kmers harus tetap menunjukan diri mereka di dunia nyata dan dunia maya sebagai the kmers, bukan sebagai semen padang fc. Belakangan ada akun twitter @thekmers dan @thetkmers_spfc namun followernya  sangat sedikit

Berbeda dengan the kmers, spartacks selain membentuk organisasi nyata, mereka berusaha membetuk komunitas yang kokoh di dunia maya. Mereka memiliki akun twitter dan facebook yang jelas yang menunjukan mereka adalah spartacks. Spartacks juga memiliki situs sendiri sehingga eksitensi mereka lebih terlihat di dunia maya.


Jika eksistensi didunia nyata kedua suporter ini memang telah terbukti selalu ada untuk semen padang fc.

Nah kembali membahas yang online, karena tidak begitu terlihatnya the kmers, maka untuk dunia maya ini kita lihat facebook dan twitter semen padang fc dengan facebook dan twitter spartacks. Disini juga terlihat betapa aktifnya spartacks dunia nyata dan maya. Bahkan sampai ke Wamena mereka ada dan melakukan live tweet pertandingan (karena tidak ditayangkan). Informasi realtime inilah yang sangat dibutuhkan para fans dan suporter. Terlebih jika tidak dapat melihat tayangan langsung di Antv.

Demikanlah ulasan singkat ini. Ulasan ini hanya opini . Semoga bisa bermanfaat untuk kedepannya sehingga the kmers dan spartacks bisa menjadi 2 kelompok suporter yang besar yang juga memberikan motivasi yang besar pula bagi semen padang fc. Sehingga semen padang bisa menjadi juara dan tim yang lebih disegani.

sumber: fcb blog

Senin, 03 Oktober 2011

PROFIL:ELLY KASIM (Dari penyanyi hingga pebisnis Wedding Organizer)

Kecintaannya terhadap budaya Minangkabau memang luar biasa. Wanita cantik keturunan Ranah Minang ini tidak setengah-setengah dalam mengembangkan budaya Minang khususnya di Jakarta melalui usaha di dunia perkawinan. Mulai dari mendekorasi pelaminan Minang, menyiapkan busana pengantin Minang, hingga mengurus upacara pernikahan Minang, semua ia kerjakan. Tak heran jika dahulu nama Elly Kasim yang dikenal sebagai penyanyi era tahun 60-an hingga 70-an, kini lebih dikenal sebagai wedding organizer adat Minangkabau.


Namun, memulai sebuah usaha bisnis di dunia wedding bukan hal yang mudah. Menurut Elly, butuh kesabaran, keyakinan, dan keikhlasan dalam mengelola bisnis tersebut. Ibu satu anak ini merasakan pahit getir ketika memulai bisnis yang ia beri label Elly Kasim Collection di kota Jakarta sejak tahun 1974. “Awalnya sih karena sekadar ingin meneruskan bisnis keluarga seperti baju perkawinan adat Minang dan pelaminan Minang yang lumayan banyak dan sayang kalau dibiarkan begitu saja,” tutur Elly. Namun, justru animo masyarakat Minang di Jakarta yang besar membuat ia bertambah mantap menekuni bisnis tersebut.






Beragam kreasi dan inovasi yang ia ciptakan agar busana perkawinan Minang diterima dan banyak digunakan oleh masyarakat Minang yang ingin menggelar upacara perkawinan di Jakarta namun tetap terlihat indah dan elegan. Salah satunya adalah busana pengantin pria. Jika sebelumnya pengantin Minang menggunakan celana roki (celana sepanjang betis), kini hal tersebut ia modifikasi hingga panjang celana mencapai mata kaki. “Biar terlihat bagus dan ternyata banyak yang suka,” imbuh wanita yang pernah dijuluki “Kutilang Minang dengan seribu lagu” antusias.


Inovasi lain adalah busana pengantin muslim Minang. Jika sebelumnya tidak pernah dijumpai pengantin wanita Minang mengenakan jilbab, kini hal itu sudah mulai banyak dijumpai di berbagai pernikahan gaya Minang. “Saya membuat jilbab yang bisa digunakan ketika pengantin wanita ingin mengenakan suntiang gadang. Jadi, mereka yang berjilbab tidak perlu melepas jilbabnya hanya karena ingin mengenakan busana Minang gaya pesisir,” papar pelantun lagu Japuiklah Denai, Kasiah Tak Sampai, dan Bapisah Bukannyo Bacarai.


Kecintaan, keuletan dan kegigihannya dalam mempertahankan dan mengembangkan budaya Minang melalui busana pengantin dan pelaminan Minang membuahkan hasil. Kreasi dan inovasinya banyak diikuti oleh wedding organizer Minang lainnya. “Alhamdulillah, saya sudah bersyukur jika inovasi yang saya buat bisa diterima oleh masyarakat Minang, tidak hanya di Jakarta, tapi juga di daerah lain yang ada di Indonesia,” kata Elly lagi.


Puluhan tahun dalam usaha mengurus perkawinan orang-orang Minang di Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia, mendorong Elly dan suami, Nazif Basir (mantan wartawan dan salah seorang pendiri harian Singgalang, Padang serta pembuat syair lagu-lagu Minang) menulis buku Tata Cara Perkawinan Adat Istiadat Minangkabau tahun 1997 dan sudah beredar luas. “Saya berharap, anak-anak muda sekarang terutama yang berasal dari Sumatera barat tetap melestarikan budaya Minang dengan menggunakan busana perkawinan adat Minang,” ujar Elly yang sempat prihatin ketika banyak anak muda yang enggan mengenakan busana pengantin Minang karena alasan ribet, berat dan sudah kuno.

sumber: weddingku

Sabtu, 24 September 2011

PANTAI PADANG

Kota Padang, berada di provinsi Sumatera Barat. Nggak tahu kenapa, Kota ini sekarang masih termasuk Kota favorit kedua saya setelah Kota Bukittinggi, terutama yang masih di daerah Sumatera Barat lho. Berhubung pembicaraannya lagi fokus tentang Kota padang, saya akan coba menggambarkan keadaan secara umumnya saja tentang Kota Padang.


Sebelumnya, saya yakin bahwa kamu sudah tidak asing lagi dengan Kota Padang. Tapi bagi yang kamu yang belum tahu nih.., Kota Padang itu sebuah Kota yang memiliki iklim yang cukup panas. Keunikan dari Kota Padang menurut saya adalah terletak di kebudayaannya, serta pemandangan yang nggak bikin bosan. Meskipun lokasi mayoritasnya (di Kota Padang ini) adalah pantai, tapi buat kamu yang paling suka dengan suasan alami atau suka banget sama pantai, Kota ini bisa menjadi salah satu target kamu juga lho.. (promosi nih..)


Memang sih, kehidupan di Kota ini jauh berbeda jika di bandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Tapi, terkadang ada juga orang-orang yang justru karena hal itu malah berkunjung ke Kota ini. Kenapa kok gitu? Ya mungkin alasan utamanya adalah untuk mendapatkan suasana yang tenang dan berbeda.


Karena mayoritas berada di sepanjang pantai, salah satu lokasi yang menarik di Kota ini adalah Pantai Padang. Pantai Padang merupakan salah satu pantai yang cukup ramai di kunjungi oleh orang sini juga, alasannya adalah karena Pantai Padang merupakan pantai yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Sekedar jalan-jalan santai atau nongkrong bareng keluarga/teman-teman, kalau kamu mampir ke Kota Padang jangan lupa untuk singgah di Pantai Padang. Suasana sore menjelang malam adalah suasana paling pas buat mengucapkan, “See you tomorrow” pada senja yang perlahan menghilang. Efek gradasi dari sunset di pantai ini bisa
mengundang imajinasi kamu, atau minimal menyegarkan fikiran buat kamu yang lagi boring. Tapi kalau kamu mau sekalian mencoba aktivitas lain, seperti memancing misalnya, disini kamu tidak akan kesulitan untuk menemukan lokasi untuk memancing.


Setiap daerah dimanapun itu pastinya memiliki keindahan dan keunikan yang berbeda-beda. Tapi kalau kamu mau tahu keunikan dan keindahan lainnya di Padang atau daerah lainnya di Sumatra Barat? Kalau kamu ada kesempatan, atau sedang ingin liburan, Kota Padang bisa juga jadi alternatif kamu lho ;-)

Kamis, 22 September 2011

MEKAH MINI DI LIBUK MINTURUN KOTA PADANG


Kota Padang boleh dikatakan memiliki beragam objek wisata. Mulai dari wisata pantai, wisata alam, wisata sejarah, hingga wisata Islami.

Objek wisata islami yang lebih dikenal sebagai lokasi manasik haji ini, merupakan miniatur tanah suci Makkah, tempat seluruh umat Islam dari berbagai penjuru dunia, menunaikan ibadah haji. Jika dibandingkan dengan kondisi kota Makkah, memang luasnya jauh berbeda, namun, begitu memasuki kawasan ini, nuansa Islaminya sangat kental.

Seperti diketahui, kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah. Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bermalam di Muzdalifah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah. Tahapan inilah yang diinterpretasikan melalui lokasi manasik haji, di kawasan Lubuk Minturun ini.

Pada pintu gerbang, terdapat tugu yang diatasnya terdapat Al-quran raksasa yang terbentang megah. Coba kita teliti satu persatu. Mulai dari bagian depan kawasan ini, terdapat dua batu besar. Salah satunya bertuliskan nama pendiri lokasi manasik haji ini yaitu H.Nurli Zakir dan Hj. Asmaridha, serta tanggal pendirian lokasi ini yaitu 13 Desember 2000 lalu.

Pemandangan bukit yang hijau, akan memanjakan mata Anda. ditambah lagi hamparan rumput, diselingi pasir layaknya padang pasir, dengan bebatuan besar, yang menandakan setiap perhentian muslim, dalam menyelenggarakan haji. Nun di pojok kiri kawasan ini, berdiri indah bangunan Masjid Nurzikrillah, yang digunakan oleh masyarakat untuk beribadah dan untuk manasik haji, karena di dalamnya dilengkapi dengan miniatur ka’bah. Menurut salah seorang penjaganya, Masjid ini hanya dibuka ketika waktu-waktu shalat saja.

Pada bagian samping Masjid ini terukir kembali tulisan kapan pendirian Masjid, serta siapa saja yang menghadirinya. Melanjutkan perjalanan, Anda akan melihat bongkahan-bongkahan batu yang bertuliskan nama-nama kawasan di Kota Mekkah, salah satunya adalah Arafah.

Di tengah kawasan, terdapat sebuah jembatan kecil, yang diatasnya terdapat tiga buah tugu, melambangkan tempat umat Islam melempar jumrah, Al-Ula, Al-Wustha, Al-Aqabah. Dan di samping jembatan berwarna biru tersebut, Anda akan menjumpai miniatur terowongan Mina, yang menjadi persinggahan saat menunaikan ibadah haji.

Sedangkan miniatur bukit Safa dan Marwah, yang menjadi tempat tahapan sa’i ibadah haji, atau berlari kecilpun ada di sini. Selain dijadikan tempat manasik haji, lokasi ini juga kerap didatangi masyarakat, untuk berwisata. Karena, selain tempat yang masih alami dengan udara segarnya, juga menyediakan salah satu keunggulan Allah lainnya, yaitu menciptakan makhluk unik, berupa ikan jenis.....yang ukurannya sebesar manusia. Ikan ini dipelihara di dalam sebuah kolam persis di atas jembatan melempar jumrah tadi.

Biasanya, ikan ini akan muncul ke permukaan, jika pengunjung melemparkan kacang atom atau makanan ringan lainnya. “Kalau makanannya sih ikan kecil dan daging,” ungkap penjaga lokasi manasik haji ini, Syamsuardi Jar. Lenggak-lenggok ekor ikan berwarna kuning keemasan bercampur perak ini akan membuat Anda tak jemu-jemu memandangnya.

Soal alternatif kendaraan, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi melalui jalur bypass Kota Padang, menuju simpang Lubuk Minturun, dengan alokasi waktu sekitar setengah jam dari pusat kota. Atau jika Anda memilih menggunakan kendaraan umum, Anda bisa menaiki kendaraan jurusan Lubuk Minturun bercat kuning, dengan ongkos sekitar Rp2000-Rp2.500. oya... uang masuk lokasai tidak ada kok, hanya biaya sekadarnya saja




sumber: padang today

Selasa, 20 September 2011

LOBANG JEPANG DI BUKITINGGI

Lobang Jepang merupakan salah satu objek pelancongan yang ada dalam kota bukittinggi dan merupakan peninggalan sejarah dari kependudukan jepang selama berada di bukittinggi.
Karena Bukittinggi yang sangat strategis, terletak di tengah – tengah pulau sumatera, maka penjajah jepang menetapkan kota bukittinggi sebagai pusat komando pertahanan tentara jepang di sumatera (seiko sikikan kakka) yang dipimpin oleh jenderal watanabe.

Sebagai kubu pertahanan militer bagi jepang dibuatlah terowongan dibawah jantung Kota Bukittinggi, disamping berfungsi sebagai pertahanan juga dipersiapkan sebagai penyimpan amunisi, barak, ruang makan, rumah sakit, ruang sidang dan dapur, yang jumlah keseluruhan ruangan 27 buah dan merupakan satu komplek lengkap, seperti denah yang dapat dilihat pada dinding pintu masuk.


Panjang lobang yang terdapat dilokasi panorama ini lebih kurang 1400 meter, sedangkan panjang keseluruhan yang berada di bawah kota bukittinggi diperkirakan lebih kurang sekitar 5000 meter, dengan demikian yang terawat/terpelihara baru 30% dari lobang yang ada.
Kegunaan utama dari lobang jepang ini adalah sebagai basis pertahanan militer penjajah jepang dari serangan sekutu maka pembangunannya sangat dirahasiakan, dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan lobang jepang ini mulai dibangun. Hanya dapat diperkirakan beberapa bulan sesudah maret 1942, saat jepang merebut kota bukittinggi dari tangan pemerintah Belanda.



Tenaga kerja kasar untuk mengali lobang ini diambil dari orang – orang indonesia yang ditangkap dari daerah lain, seperti dari pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera Selatan dan lain sebagainya, sedangkan hasil tangkapan dari bukittinggi sendiri di bawa pula ke daetrah lain untuk dipekerja paksakan pula pada proyek – proyek lainnya, seperti le loge untuk m,embuat jalan kereta api yang akan menghubungkan muaro sijunjung dengan pekanbaru riau. Namun pekerjaan ini tidak kunjung slesai, karena jepang keburu kalah ditangan Tentara Sekutu.



Tenaga teknis dalam pembangunan lobang ini diambilkan dari orang – orang indonesia yang bekerja di tambang batu bara ombilin sawahlunto yang berasal dari pulau Jawa.
Semua tenaga kerja kasar tidak sati orangpun yang dapat menyelamatkan diri, semuanya meningal disebabkan kekurangan makanan dan siksaan dari tentara jepang. Sehingga kerahasiaan lobang tetap terpelihara.


Sekalipun lobang ini dapat diselesaikan, namun belum sempat dimanfaatkan secara sempurna, karena jepang keburu bertekuk lutut kepada tentara sekutu akibat dua buah atom yang dijatuhkan tentara sekutu di Kota Nagasaki dan Hirosima pada tanggal 7 dan 8 agustus 1945, dan berlanjut dengan diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 oleh Soekarno – Hatta.

Lubang Jepang ditemukan oleh masyarakat setempat pada tahun 1946 dengan kondisi yang mencekam. Banyak tulang-belulang manusia yang berserakan di lantai sepanjang lorong terowongan. Pada tahun tersebut pemerintah Kota Bukittinggi mengubur tulang belulang yang berserakan itu dan membersihkan terowongan. Kemudian pemerintah kota menata terowongan itu untuk dipersiapkan menjadi salah satu objek wisata sejarah di kota Bukittinggi dengan menambah beberapa sarana pendukung. Peresmian Lubang Jepang dilakukan oleh Menteri Kebudayaan ketika itu, Fuad Hasan, pada tanggal 11 Maret 1986

Saat ini Lobang Jepang ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik Mancanegara maupun nusantara dan merupakan objek wisata favorite di bukittinggi dan bahkan Sumatera Barat.

Kondisi Dalam Terowongan

Dari pintu gerbang, kita menurunbi anak tangga sebanyak 135 buah,



apabila anak tangga ini tingginya rata – rata 20 cm, dengan demikian 135 anak tangga berarti kita telah turun setinggi 27 m. Jika kita bandingkan lagi tempat kita berdiri sekarang dengan jalan yang ada diatas kita, mempunyai perbedaan tinggi lebih kurang 5 m. Dari perhitungan ini diketahuilah bahwa dasar lobang berkisar antara 30 sampai 40 m dari permukaan tanah. Kedalaman ini sudah cukup aman dinilai oleh jepang terhadap serangan udara dari tentara sekutu.

sumber: bukitinggi.go

Kamis, 15 September 2011

MARAWA.....???

Mungkin banyak yg belum tahu apa arti warna pada marawa


Marawa melambangkan tiga wilayah adat di minangkabau yang dinamakan Luhak Nan Tigo.
  1. Warna kuning, melambangkan Luhak Nan Tuo (Luhan yang Tua, yaitu daerah Tanah Datar)
  2. Warna merah, melambangkan Luhak Nan Tangah (Luhak yang Tengah, daerah Agam)
  3. Warna hitam, melambangkan Luhak nan Bungsu (Luhak yang Bungsu, yaitu daerah 50 Kota)

Selain itu, ketiga warna tersebut juga melambangkan pola kepemimpinan minangkabau, yaitu yang disebut “Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin“, terdiri dari Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai.

Tungku tigo sajarangan, maksudnya ketika memasak diperlukan tiga buah batu sebagai tungku untuk mengokohkan tempat kuali atau periuk. Begitu juga dengan kepemimpinan di minangkabau, ketiganya sebagai pilar penyangga masyarakat Minangkabau. Jika salah satunya hilang, maka akan terjadi kesenjangan.

Tali Tigo Sapilin diibaratkan tiga utas tali yang dipilin menjadi satu,sehingga menjadi kuat. Tali Tigo Sapilin adalah tamsil pedoman ketiga kepemimpinan masyarakat, antara lain aturan adat, agama dan undang-undang.

Niniak mamak adalah penghulu adat di dalam kaumnya. Lalu, Alim ulama orang yang memiliki ilmu agama yang akan membibing masyarakat mengenai agama.  Sedangkan Cadiak pandai adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang. Sehingga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat dan pendamping bagi Niniak mamak dan Alim ulama.

Begitulah tungku tigo sajarangan sebagai pilar penyangga masyarakat minang yang digambarkan dalam marawa.

Rabu, 14 September 2011

GARA-GARA FACEBOOK SISWI SMA DI TUSUK

Siswi kelas I SMAN 4 Bukittinggi, Viola Putri Yeni (16), nyaris tewas dibunuh teman lelakinya sendiri, Kv (15), siswa kelas 2 SMP di Bukittinggi yang dikenal melalui facebook (FB) sebulan lalu, kemarin (13/9) di dekat rumah potong hewan Bukittinggi. Korban saat ini terbaring di ruang gawat darurat RS Yarsi Bukittinggi dengan sebelas tusukan."



Tidak diketahui persis penyebab korban ditusuk oleh tersangka yang beralamat di kelurahan Garegeh Bukittinggi yang saat erita ini diturunkan sedang diburu aparat polisi. Tapi menurut pengakuan korban, waktu itu korban disuruh tersangka jalan duluan. "Begitu saya berjalan duluan, tersangka langsung menusuk bahu dan lengan tangan kanan saya," ujar Viola Putri kepada koran di ruang gawat darurat RS Yarsi Bukittinggi, kemarin.

Saat membezuk korban, petugas medis sedang melakukan tindakan medis dengan menjahit tangan kanan korban dengan jumlah sebelas  tusukan. Saat petugas melakukan tindakan medis, korban terlihat tegar, meski harus menangis menahan sakit karena harus dijahit yang didampingi orangtuanya Rini (39).

Menurut pengakuan korban, tersangka baru dikenalnya sebulan lalu melalui facebook. Saat peristiwa penganiayaan terjadi, korban kebetulan bertemu dengan tersangka di depan rumah potong, jalan Pemuda Bukittinggi.

Korban yang waktu itu masih berpakaian sekolah, langsung diajak tersangka ke Jangkak untuk menjemput sepeda motor yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dari rumah potong hewan. Ajakan tersebut ternyata direspon korban dengan pergi berduan berjalan kaki.

Karena jalan yang akan dilalui adalah jalan pintas, tersangka miminta korban jalan lebih duluan. Korban pun menurut saja. Baru beberapa langkah berjalan, tersangka langsung mencabut pisau, dengan menusuknya ke badan korban. Kejadian itu membuat korban terpekik dan berupaya mengelak, sehingga dari belasan tusukan yang dihujamkan tersangka, sebelas tusukan mengenai tangan kanan korban.

"Saya tidak menyangka dia (tersangka) akan berbuat seperti itu kepada saya. Padahal, sepanjang pengetahuan saya, dia tidak ada bertindak aneh-aneh, seperti orang gila umpamanya," ujar korban terbata-bata.

Orangtua korban, Rini, telah mendatangi Mapolresta Bukittinggi untuk memberikan laporan penganiayaan anaknya ini. Namun, karena saat itu petugas piket tidak ada dia harus kembali menemani anak dirawat di UGD Yarsi Bukittinggi. "Saya ingin polisi segera menangkap tersangka, dan menghukum setimpal," harap Rini dengan nada sedih.

sumber:Koran Padang Ekspres

Selasa, 13 September 2011

ASAL MULA ORANG PARIAMAN

Tepat tanggal 2 Juli 2011, Kota Pariaman sebagai kota otonom dalam Pemerintahan Republik Indonesia diperingati berusia 9 tahun. Karena kota Pariaman sebagai kota otonom lahir berdasarkan surat keputusan Presiden yang diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri RI Hari Sabarno tanggal 2 Juli 2002 di halaman kantor Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Desa Depdagri, Jakarta.



Kota Pariaman ini lahir berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang pembentukan Kota Pariaman Propinsi Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Undang-Undang tersebut diundangkan ke dalam Lembaran Negara RI dengan nomor urut 25 tahun 2002 oleh Sekretaris Negara RI Bambang Kesowo.

Namun jauh sebelumnya, dari mana asal penduduk Pariaman. Jika dilihat masa silam kota Pariaman, maka Pariaman merupakan salah satu daerah rantau dari  Minangkabau, seperti halnya Padang, Pasisia, Tiku. Menurut struktur pemerintahan adat Minangkabau, rantau Pariaman dinamakan rantau Riak Nan Mamacah. Maksudnya, di mana harta pusakanya juga turun dari garis ibu. Sedangkan gelar (gala) pusaka, juga turun dari garis Bapak. Warisan gelar setelah berumah tangga turun dari bapak seperti Sidi, Bagindo dan Sutan. Gelar itu merupakan panggilan dari keluarga isteri yang lebih tua dari umur isteri kepada seorang laki-laki. Warisan dari bapak ini hanya ada di Pariaman.

Penduduk Pariaman umumnya turun dari Luhak Tanahdata. Selain itu juga dari Luhak Agam pada bagian Utara. Sedangkan bagian sebelah Selatan justru turun dari Solok. Meski demikian, tetap saja mereka yang turun dari Luhak Tanahdata menjadi pemegang utama roda pemerintah.

 Abdul Kiram dan Yeyen Kiram dalam bukunya Raja-Raja Minangkabau Dalam Lintasan Sejarah (2003;51-52) mencatat, nenek moyang yang mula-mula turun dari Luhak Tanahdata ada sebanyak empat orang Penghulu beserta rombongannya. Yakni Datuk Rajo Angek, Datuk Palimo Kayo, Datuk Bandaro Basa, dan Datuk Palimo Labih. Amanah dari Yang Dipertuan Pagaruyung, di mana jika rombongan berada pada sebuah tempat yang tidak diketahui namanya, maka segeralah diberi nama dan tanda.

Akhirnya tempat itu diberi nama Kandangampek. Karena rombongan mereka berjumlah empat. Tidak lama kemudian, di tempat yang sama datang lagi satu rombongan dipimpin Datuk Makhudum Sabatang Panjang. Kedua rombongan bergabung dan sepakat bersama-sama turun ke bawah menuju arah Barat. Selanjutnya, rombongan menemukan sebuah tempat yang agak tinggi, tapi belum diketahui namanya. Salah seorang anggota rombongan, menanamkan sebatang pohon sebagai pembatas antara Luhak dan Rantau. Di tempat itu rombongan sepakat menamakan Kayutanam. Daerah inilah yang membatasi Luhak (darek) dengan Rantau. Berbatas dengan Bukit Barisan yang melingkari Padangpanjang.

Perjalanan kelima orang Penghulu tersebut diteruskan sampai ke Pakandangan. Di sini mereka membangun perkampungan. Tidak lama kemudian datang lagi ke Pakandangan enam orang Penghulu dari Tanahdata, yakni Datuk Simarajo, Datuk Rangkayo Basa, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk Rajo Bagindo dan Datuk Mangkuto Sati.

Keenamnya bergabung dengan rombongan yang datang sebelumnya. Luas perkampungan diperluas sampai ke Sicincin. Sebagai penghormatan, khusus lima orang Penghulu yang datang pertama, mereka ditempatkan di tengah-tengah kampung. Sedangkan enam Penghulu yang datang belakangan, melingkari tempat kediaman lima Penghulu tersebut. Daerah ini akhirnya bernama Anamlingkung. Kedatangan dua gelombang, untuk mengingatnya dijadikan Kecamatan 2 X 11 Anam-lingkuang dengan ibukota Sicincin. Kini kecamatan ini sudah dimekarkan menjadi tiga kecamatan. Yakni, Anamlingkung,  2 X 11 Anamlingkuang Sicincin dan 2 X 11 Kayutanam. Dari daerah-daerah ini, mereka terus menyusuri hingga ke pantai Pariaman.

Ada juga yang menyebutkan penduduk Pariaman dari Tanahdata turun melalui Malalak. Di Malalak rombongan terbagi dua kelompok. Satu kelompok langsung menuju Pariaman, satu kelompok lagi menuju Kampungdalam. Kuatnya hubungan kekeluargaan dengan Malalak ini dapat dilihat dari adanya kunjungan  dari orang yang berada di Pariaman, tapi berasal dari Malalak, kepada keluarga asal di Malalak.

Pariaman yang terletak di pinggir pantai, mudah dikunjungi pelaut dari berbagai negeri, menyebabkan mudahnya hubungan dengan daerah lain. Sehingga masyarakatnya pun mudah menerima perubahan, baik sosial, politik maupun agama.

Tak heran sebagai wilayah yang berada di pinggir pantai dan di singgahi oleh berbagai pedagang, Pariaman belakangan dihuni tak hanya dari keturunan Minangkabau dari daerah darek. Di Pariaman terdapat pula keturunan keling (kaliang). Mungkin karena warna kulitnya lebih hitam, maka disebut saja kaliang. Sehingga jika ada anggota keluarga rang Pariaman, sering dikatakan kulitnya hitam kaliang.  Bahkan sebelum proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945, di Pariaman juga banyak terdapat keturuan Tionghoa (Cina). Bukti peninggalan keturunan Tionghoa yang tidak bisa dibantah adalah kuburan keturunan Tionghoa di Toboh Palabah dan nama daerah Kampungcino.

Sedangkan bangsa penjajah (Belanda, Inggris dan Jepang), yang pernah bermukim di Pariaman, hingga kini tak diketemukan lagi buktinya. Penulis hanya pernah mendapatkan informasi di sekitar Kampung Perak ada kuburan Belanda. Namun kini sudah menjadi areal perkantoran, yakni Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Padangpariaman.

Meski penduduk Pariaman sudah bercampur, tapi  tetap memakai adat Minangkabau dalam kesehariannya. Hanya saja, sebagai daerah rantau, di Pariaman tidak diketemukan rumah gadang seperti di daerah darek. Rumah gadangnya tidak bergonjong sebagaimana rumah gadang di daerah darek seperti tanduk kerbau. 

Penulis: Bagindo Armaidi Tanjung

Senin, 12 September 2011

RESEP RENDANG

Rendang Padang














Bahan:
1 ½ kilo daging sapi
12 gelas santan dari 3 butir kelapa
1 batang serai, memarkan
1 lembar daun kunyit
2 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya

Bumbu Yg Di Haluskan:
1 ons cabe merah
15 buah bawang merah
6 siung bawang putih
5 buah kemiri
2 cm jahe
3 cm laos (yang ini tidak perlu dihaluskan, cukup di keprak saja)
½ buah biji pala
4 buah kemiri
½ sdm. garam
1 sdm. gula pasir

Cara membuat:
  1. Daging dipotong2 sesuai selera.
  2. Dalam wajan: rebus santan dengan bumbu-bumbu yang dihaluskan plus daun-daun dan penyedap rasa
  3. Aduk terus sampai mengental agar santannya tidak pecah. Kalau sudah mulai keluar minyak masukan potongan-potongan daging
  4. Aduk terus dan dengan api sedang. Kalau mau dihitamkan kecilkan apinya.

Tips :
Sedikit tambahan untuk resep tsb (supaya lebih enak,boleh di test):
  • 1kg daging, kelapanya 3 butir dibuat santan kental, jadi kalau 1,5 kg sebaiknya 5 butir kelapa.
  • Ditambah 3 lembar daun salam, juga untuk serai ditambah jadi 2 batang, daun jeruk ditambah menjadi 4 lembar
  • Ditambah 2 sdm kelapa parut sangrai yang sudah digiling halus (sampai keluar minyak)
  • Sedikit gula, bila suka
  • Kalau ingin rasanya lebih sarat bumbu, cabe, bawang putih & merahnya boleh ditambah lagi
  • Supaya lebih meresap bumbunya, sebaiknya daging diungkep dulu bersama dengan semua bumbu & daun, setelah air dagingnya kering baru  masukan santan, diaduk terus sampai mendidih. Kecilkan api, masak sampai bermiyak (hitam) dengan sekali-sekali diaduk agar tidak lengket & matangnya merata.



- Kadang ada orang yang bilang kenapa kalau masak rendang tidak bisa hitam seperti rendangnya orang Minang. Ibuku bilang, supaya rendang bisa hitam, kuncinya jangan pakai kunyit. Kalau pakai kunyit, biar masaknya lama dengan api kecil pun, rendang tetap kelihatan merah (seperti kalio).

- Supaya dedaknya banyak, santan juga harus banyak. Memeras santan untuk rendang, perasan pertama sebaiknya jangan ditambahkan air dulu.Peras kelapa dengan menggunakan kain/serbet khusus, supaya patinya keluar.

- Resep keluargaku, takaran utamanya :
1 kg daging, 4 butir kelapa (kalau di Batam = 2kg), 1 ons cabe giling. Ukuran potongan daging yang pas utk rendang, 1 kg = 25-30 potong, potong sesuai seratnya supaya tidak cepat hancur waktu dimasak.

- Kalau jenis dagingnya yang cepat empuk, jangan terlalu cepat dimasukkan, cukup di aduk dengan bumbu supaya meresap lebih dahulu dan didiamkan k/l 1/2 jam, baru masukkan setelah santan yang telah dijerang keluar minyaknya

Jumat, 09 September 2011



















Sedikitnya, 50-an bendi akan menghiasi pawai budaya dalam rangka menyemarakkan pembukaan Pekan Budaya Sumatera Barat 2011, di Payakumbuh, Minggu (11/9). Bendi-bendi yang terlibat, akan disolek atau dihiasi seindah-indahnya. Pawai Budaya, diikuti 19 kota dan kabupaten di Sumatera Barat. Payakumbuh, diwakili anak nagari Koto nan Ampek, Kecamatan Payakumbuh Barat.


Sekdako Payakumbuh H. Irwandi, SH didampingi Kadis Pariwisata Pemuda dan Olahraga Drs. Rida Ananda, menginformasikan, Rabu (7/9), rute pawai budaya yang semula direncanakan menyusuri jalan utama di pusat kota, disepakati dengan pihak provinsi, hanya mengitari ruas jalan disekitar GOR Kubu Gadang Payakumbuh.

Barisan pawai star dari dalam lapangan Kubu Gadang, selanjutnya melewati panggung kehormatan di depan Dinas Sosial Kubu Gadang Payakumbuh, terus bergerak menuju Jalan Rky. Rasuna Said menuju Simpang Labuh Basilang, kemudian berbelok ke Jalan Rambutan atau ke Labuah Sampik, dan kembali finis di dalam lapangan pacuan kuda Kubu Gadang. Pawai akan bergerak, sekitar pukul 15.00.
Anak Nagari Koto nan Ampek, seperti dilaporkan koordinator pawai Muharnis Zul, S.Pd, akan menampilkan prosesi baralek kawin kabuang batang. Tercatat 40 anak nagari Koto nan Ampek, bakal terlibat dalam pawai budaya tersebut. Sebagai gambaran, baralek kabuang batang, di hari pertama marapulai memakai saluak dan anak daro memakai suntiang. Di hari kedua, marapulai memakai jas dan anak daro memakai selayar.

Sementara itu, kabupaten dan kota lainnya, juga akan menggambarkan budaya daerah setempat, di antaranya menampilkan budaya turun mandi anak, khitanan, aqiqah, perkawinan serta budaya tradisional lainnya. “Pokoknya, iven pawai budaya tersebut, akan menggambarkan tradisi kehidupan masyarakat Minangkabau.

Rabu, 07 September 2011

PENEMUAN MAYAT DI PANTAI PURUS





Sosok mayat remaja ditemukan mengapung di pinggir pantai Purus Kota Padang tadi pagi  Rabu (7/9) sekitar pukul 10.00. Diduga mayat tersebut tewas karena hanyut dilaut, lantaran tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban. Dan diketahui  korban yang masih warga sekitar diperkirakan tidak pulang kerumah sejak tadi malam.
mayat remaja hanyut di pantai purus padang


Diketahui mayat remaja ini adalahmayat Deo (14) yang masih merupakan warga purus. Tepatnya remaja ini adalah warga olo Ladang yang berada sekitar 500 meter dari pantai lokasi ditemukannya mayat korban.

Efrizal, warga yang menemukan korban menyatakan, korban ditemukan dengan kondisi telinga dan kepala mengeluarkan darah karena sudah mulai dimakan ikan. Di temukan sekitar pukul 10.00 wib dalam keadaan tertelungkup diantara bebatuan di pinggir pantai.

Deo Bermaksud Liburan di Kampung Halaman

Ternyata remaja yang bernama Deo ini sudah lama merantau ke Dumai. Namun saat lebaran dia dan orang tuanya pulang kampung untuk berlebaran sekalian liburan.

Namun nasib berkata lain, maksud hati ingin menikmati liburan di pantai remaja malang ini malah hanyut terbawa arus.

Dari Hasil pemeriksaan pihak kepolisian korban diperkirakan sejak semalam berada dilaut dan pada bagian bibir terdapat gigitan ikan. Dan dugaan sementara saat ini korban murni hanyut saat mandi-mandi, karena tudak adanya tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban. “Namun untuk pastinya, mayat korban akan divisum di RSUP M. Djamil,” papar Ipda Simangunsong.

Sementara itu keluarga korban yang datang kelokasi pun, tidak kuasa menahan haru saat melihat jenazah Deo di evakuasi warga beserta polisi ke atas mobil ambulan

sumber:padang today

Kamis, 01 September 2011

Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Rasulullah bersabda:
“Artinya : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, seolah-olah dia berpuasa sepanjang masa.” (H.R. Muslim)


Bulan Ramadhan telah lewat, namun tidak ada kata berhenti untuk berbuat kebaikan. Di bulan Syawal ini, Rasulullah memerintahkan bagi siapa saja yang ingin mendapatkan pahala agar berpuasa selama 6 hari. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila dibulan yang baik ini, kita melepaskan begitu saja kesempatan yang ada di depan mata.
Cara paling utama dalam mengerjakan puasa 6 hari Syawal adalah dengan memulai puasa sejak hari kedua bulan Syawal selama 6 hari berturut-turut. Karena hal tersebut termasuk bersegera dalam berbuat kebaikan. Namun tidak mengapa kita mengerjakannya secara berselang-selang/ tidak berurutan.


Cara berpuasa enam hari di bulan Syawwal

Agar keutamaan puasa enam hari di bulan Syawaal bisa diraih maka ada dua hal yang hendaknya diketahui


Pertama : Hendaknya puasa enam hari ini dikerjakan setelah selesai mengerjakan puasa Ramadhan, maka jika ada hutang puasa di bulan Ramadhan maka hendaknya diqodho terlebih dahulu. Maka tidak disyari’atkan puasa enam hari di bulan Syawwal sebelum mengqodho hutang puasa Ramdhannya.
Hal ini karena dalam lafal hadits Nabi mengatakan


“Barangsiapa yang berpuasa Ramdhan kemudian mengikutkannya dengan puasa enam hari di bulan syawal maka seperti puasa sepanjang masa”


Dan kalimat (ثُمَّ) yang atrinya “Kemudian” menunjukan akan adanya tertib “urutan”. Jadi puasa enam hari di bulan Syawaal tidaklah dikerjakan kecuali setelah selesai mengerjakan puasa bulan Ramadhan. (lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Syaikh Muhammad bin Sholeh al-’Utsaimin 20/18)


Bahkan sebagian ulama memandang jika seseorang berbuka puasa di bulan Ramadhan tanpa udzur maka tidak disyari’atkan baginya untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal.


Ar-Romli berkata, “banyak ulama yang berpendapat bahwa barangsiapa yang tidak berpuasa (penuh) di bulan Ramadhan karena ada udzur atau karena safar, atau karena masih kecil (belum baligh) atau karena gila atau karena kafir, maka tidak disunnahkan baginya untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal. Abu Zur’ah berkata, “Namun yang benar tidaklah demikian. Bahkan ia tetap mendapatkan asal pahala puasa enam hari –meskipun tidak mendapatkan seperti pahala yang disebutkan di hadits karena pahala tersebut diperoleh jika telah berpuasa Ramadhan secara penuh. Dan jika ia berbuka puasa di bulan Ramadhan karena melanggar (tanpa udzur) maka haram baginya untuk puasa enam hari di bulan Syawwal” (Nihaayatul Muhtaaj 3/208)


Kedua : Tidak mengapa dikerjakan secara berurutan atau terpisah-pisah.
Ibnu Qudamah berkata, “Tidak ada bedanya antara dikerjakannya puasa enam hari ini secara berurutan atau secara terpisah-pisah, baik di awal bulan Syawwal ataukah di akhir bulan, karena hadits datang secara mutlaq” (Al-Mughni 4/440)


Meskipun sebagian ulama memandang lebih utama dikerjakan puasa enam hari tersebut secara berurutan dan langsung segera setelah ‘iedul fithri karena hal ini merupakan bentuk kesegeraan dalam beramal sholeh, dan juga jika diakhirkan akan dikawatirkan timbulnya halangan-halangan (lihat Haasyiyah I’aantut Tholibiin 2/268, Mughniil Muhtaaj 1/448, dan Majmu’ Fatawa wa Rosaail Syaikh Muhammad bin Sholeh al-’Utsaimin 20/18 )


Khilaf Ulama
Para ulama telah berselisih apakah orang yang melaksanakan puasa enam hari di selain bulan syawwal karena udzur atau karena hal yang lain juga akan mendapatkan keutamaan yang sama seperti jika dikerjakan di bulan syawwal?



Pendapat pertama : Keutamaan puasa syawwal bisa diperoleh dengan berpuasa enam hari tersebut di bulan syawwal dan juga di bulan-bulan yang lainnya setelah syawwal, dan pahalanya tetap sama. Dan ini adalah madzhab Malikiah.


Adapun penyebutan bulan syawwal dalam hadits dibawakan pada makna


Pertama :  hanya untuk meringankan dalam berpuasa.
Al-Qoroofi berkata, “Syari’at menentukan puasa enam hari dari bulan Syawwal untuk keringanan bagi mukallaf karena masih dekat dengan puasa (bulan Ramadhan). Namun tujuan tercapai meskipun puasanya di selain bulan Syawwal” (Adz-Dzakhiiroh 3/530)
Berkata Mahmud ‘Ulaisy, “Pengkhususan enam hari dari bulan Syawwal hanyalah untuk meringankan dan memudahkan karena ringannya seseroang berpuasa di bulan Syawwal karena sudah kebiasaan berpuasa di bulan Ramadhan” (Minahul Jalil Syarh Mukhtasor Sayyid Kholil 2/121)


Kedua : Penyebutan Syawaal hanya sebagai contoh saja, karena maksudnya adalah puasa enam hari seperti puasa dua bulan, kapan saja enam hari tersebut dilakukan.
Ibnul ‘Arobi berkata, “Meskipun seandainya puasa enam hari dikerjakan di selain bulan Syawwal maka hukumnya sama. Nabi menyebutkan bulan Syawwal bukan untuk penentuan waktu… akan tetapi hanya sebagai contoh saja” (Ahkaamul Qur’an 2/321)


Pendapat kedua : Barangsiapa yang berudzur sehingga tidak mampu untuk mengerjakan puasa enam hari di bulan Syawwal maka boleh baginya untuk mengqodhonya di bulan Dzulqo’dah, akan tetapi pahalanya lebih sedikit. Ini merupakan pendapat sebagian ulama Syafi’iyyah.


Ad-Dimyaathi berkata, “Sabda Nabi “Seperti puasa sepanjang tahun”, maksudnya adalah seperti pahala puasa wajib sepanjang tahun. Kalau maksudnya bukan demikian maka tidak ada keistimewaan puasa enam hari di bulan Syawwal, karena barangsiapa setelah berpuasa Ramadhan lalu berpuasa enam hari di selain bulan Syawaal maka dia tetap akan mendapatkan ganjaran puasa sepanjang tahun, karena setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya.


Intinya, barangsiapa yang setiap tahun berpuasa enam hari di bulan syawwal beserta puasa bulan Ramdhan maka dia seperti berpuasa wajib sepanjang masa… dan barang siapa yang berpuasa enam hari di selain bulan Syawwal maka seperti puasa sunnah sepanjang masa” (Haasyiyah I’aanatut Thoolibiin 2/268)
Pendapat ketiga : Tidak diperoleh pahala puasa setahun kecuali bagi orang yang berpuasa enam hari di bulan Syawwal. Ini adalah madzhab Hanabilah.


Berkata Al-Bahuuti, “Dan tidak diperoleh fadhilah (keutamaan) puasa enam hari tersebut jika dikerjakan di selain bulan Syawwal karena dzohirnya hadits-hadits” (Kasyful Qinaa’ 2/159)
Kesimpulan : Para ulama berbeda pendapat tentang apakah diperbolehkan melaksanakan puasa enam hari diselain bulan Syawaal dengan tetap mendapatkan keutamaannya?.


Namun barangsiapa yang hanya bisa puasa tiga hari –misalnya- di bulan Syawaal dan sisanya dia qodho di bulan Dzulqo’dah, atau sama sekali tidak bisa mengejakan keenam harinya kecuali di bulan Dzulqo’dah karena ada udzur, maka diharapkan ia juga mendapatkan pahala dan keutamaan puasa selama setahun penuh.
Syaikh Al-’Utsaimin berkata, “Kita katakan kepada orang yang wajib mengqodho puasa bulan Ramadhan, “Qodho’lah puasa Ramadhanmu terlebih dahulu lalu kemudian berpuasalah enam hari di bulan Syawwal !!”.

Jika bulan Syawwal telah berakhir sebelum selesai berpuasa enam hari, maka ia tidak mendapatkan keutamaan puasa Syawwal kecuali jika dikarenakan adanya udzur sehingga ia mengakhirkan pelaksanaan puasa Syawaal di luar bulan Syawwal” (lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Syaikh Muhammad bin Sholeh al-’Utsaimin 20/18)


Peringatan 1
Sebagian orang memandang bahwa puasa enam hari di bulan Syawwal adalah bid’ah. Mereka berdalil dengan perkataan Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththo’ (1/311) tentang puasa enam hari setelah ‘iidul fitri : “Aku tidak melihat seorangpun dari kalangan ahli ilmu dan ahli fiqh yang berpuasa enam hari tersebut. Dan tidak sampai hal ini kepadaku dari seorangpun dari kalangan salaf, dan sesungguhnya ahlul ilmi membenci hal ini, mereka kawatir hal ini merupakan bid’ah dan mereka khawatir orang-orang yang jahil akan mengikutkan puasa yang bukan bagian dari puasa Ramadhan  kepada puasa Ramadhan”


Para ulama mengomentari perkataan Imam Malik ini untuk menjawab maksud dari perkataan Imam Malik ini.
Diantara komentar mereka adalah


Pertama : Bisa jadi hadits tentang puasa enam hari di bulan Syawwal ini tidak sampai kepada Imam Malik. Ibnu Abdil Barr berkata, “Mungkin saja Imam Malik tidak mengetahui hadits ini. Kalau seandainya ia mengetahui hadits ini tentu dia akan memandang disyari’atkannya puasa enam hari di bulan Syawwal” ( Al-Istidzkaar 3/380). Kemungkinan inilah yang dikuatkan oleh As-Syinqithi dalam Adhwaaul Bayaan (7/363) karena hal ini merupakan dzohir dari perkataan Imam Malik “Dan tidak sampai hal ini kepadaku dari seorangpun dari kalangan salaf “.


Kedua : Maksud dari Imam Malik bukanlah membid’ahkan puasa enam hari di bulan Syawwal, akan tetapi beliau tetap memandang disyari’atkannya puasa enam hari di bulan Syawaal hanya saja beliau khawatir kalau dikerjakan puasa enam hari di bulan Syawwal maka orang-orang yang bodoh akan menyangka bahwa puasa enam hari tersebut termasuk rangkaian dari puasa bulan Ramdhan (lihat Al-Istidzkaar 3/379)



Peringatan 2 :
Sebagian orang memahami bahwa hadits ini menunjukan akan disyari’atkannya puasa setiap hari selama setahun penuh (365 hari), karena Rasulullah menyamakan orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan dan ditambah enam hari di bulan syawwal sama pahalanya seperti puasa selama setahun penuh.


Hal ini tidaklah tepat dari beberapa sisi;
Pertama : Hal ini tidaklah merupakan kelaziman, perumpamaan dengan sesuatu perkara yang dipermisalkan tidak melazimkan bolehnya perkara tersebut. (lihat fathul baari 4/223). Sebagai contoh dalam suatu Hadits Nabi bersabda,
مَنْ صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قيام الليلة

“Barangsiapa yang sholat (Tarwih atau qiyamul lail) bersama imam sampai sang imama selesai maka akan dicatat baginya pahala sholat semalam suntuk”.


Hadits ini tidaklah menunjukan akan bolehnya sholat semalam suntuk dari ba’da isyaa’ langsung hingga subuh setiap hari tanpa tidur, karena Nabi telah menegur seorang sahabat yang berkata, “Aku akan sholat malam terus dan tidak tidur”, dengan perkataan beliau –shllallahu ‘alaihi wa salaam”, “Adapun aku maka aku sholat malam dan aku tidur… dan barangsiapa yang benci dengan sunnahku maka bukan dari golonganku”


Kedua : Puasa dahr (setahun penuh tanpa berbuka) menyelisihi petunjuk Nabi. Nabi pernah menegur seseorang yang berkata, “Aku akan berpuasa terus tanpa berbuka” dengan perkataan beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Aku puasa dan aku berbuka… dan barangsiapa yang benci dengan sunnahku maka bukan dari golonganku”


Ketiga : Nabi bersabda kepada Abdullah bin ‘Amr,
صُم يوماً وأفطر يوماً، فذلك صيام داود عليه السلام، وهو أفضل الصيام

“Puasalah sehari dan berbukalah sehari, itulah puasa Nabi Dawud –’alaihis salam- dan ini adalah puasa yang paling afdhol”

Hadits ini menunjukan bahwa puasa Dawud adalah yang paling utama bukan puasa dahr, kalau puasa dahr disyari’atkan tentunya puasa dahrlah yang lebih afdhol


Keempat : Sabda Nabi yang tegas, لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ “Tidaklah berpuasa orang yang puasa selama-lamanya”


Kelima : Puasa dahr bertentangan dengan agama islam yang memperhatikan keseimbangan dan perhatian terhadap hak tubuh dan hak keluarga, sebagaimana perkataan Salman kepada Abu Ad-Dardaa’ dan perkataannya ini dibenarkan oleh Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حقًَّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حقًّا، وَلأهْلِكَ عَلَيْكَ حقاً، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
Sesungguhnya Robmu memliki hak yang harus engkau tunaikan, edmikian juga dirimu punya hak, keluargamu juga punya hak, maka berikanlah kepada setiap yang memiliki hak haknya (Lihat Minhatul ‘Allaam syarh Bulugul Maroom 1/91)

Selasa, 30 Agustus 2011

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum



Mengucapkan doa Taqabbalallahu Minna Wa Minkum dicontohkan oleh Rasulullah Saw, yang artinya “mudah-mudahan Allah menerima (amal ibadah) kami dan (amal ibadah) kalian”.
Diriwayatkan dari Jubair bin Nufai, dia berkata , “Sahabat-sahabat Nabi saw, jika saling bertemu pada Hari Raya, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: Taqabbalallahu Minna Wa Minkum (Fathul Bari 2:304).
Ibnu Aqil meriwayatkan, Muhammad bin Ziyad berkata, “Aku pernah bersama Abu Umanah al-Bahili dan lain-lainnya dari kalangan sahabat Nabi saw., maka jika mereka kembali dari melaksanakan Sholat Id, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lainnya: Taqabbalallahu Minna Wa Minkum (Ibnu Qudamah, Al Mughni 2:259).
Setiap menyambut Idulfitri, kebanyakan kaum Muslim mengirimkan ucapan selamat Lebaran berbunyi ” Taqabalallahu Minna waminkum, shiyamana washiyamakum. Minal aidin wal faidzin”. Ungkapan itu artinya “semoga Allah mengabulkan”. Minaa wa minkum berarti “dari kami dan dari Anda”. Shiyamana wa shiyamakum berarti “puasa kami dan puasa Anda”.
Sedangkan lafadz Minal a’idin wal faidzin merupakan doa yang terpotong, arti secara harfiyahnya adalah “termasuk orang yang kembali dan menang”.

Lafadz itu terpotong, seharusnya ada lafadz tambahan di depannya meski sudah lazim lafadz tambahan itu memang tidak diucapkan. Lengkapnya ja’alanallahu minal a’idin wal faidzin, yang bermakna “semoga Allah menjadi kita termasuk orang yang kembali dan orang yang menang”.
Namun, sering kali orang salah paham, dikiranya lafadz itu merupakan bahasa Arab dari ungkapan “mohon maaf lahir dan batin”. Padahal bukan dan merupakan dua hal yang jauh berbeda.
Lafadz taqabbalallahu minna wa minkum merupakan lafadz doa yang intinya kita saling berdoa agar semua amal kita diterima Allah SWT. Lafadz doa ini adalah lafadz yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika kita selesai melewati Ramadhan.

Jadi, yang diajarkan sebenarnya bukan bermaaf-maafan seperti yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan bangsa Indonesia. Tetapi yang lebih ditekankan adalah tahni’ah, yaitu ucapan selamat serta doa agar amal dikabulkan.

Meski tidak diajarkan atau diperintahkan secara khusus, namun bermaaf-maafan dan silaturrahim di hari Idulfitri juga tidak terlarang, boleh-boleh saja, dan merupakan ‘urf (kebiasaan) yang baik.
Di luar Indonesia, belum tentu ada budaya seperti ini, di mana semua orang sibuk untuk saling mendatangi sekedar bisa berziarah dan silaturrahim, lalu masing-masing saling meminta maaf. Sungguh sebuah tradisi yang baik dan sejalan dengan syariah Islam.

Meski terkadang ada juga bentuk-bentuk yang kurang sejalan dengan Islam, misalnya membakar petasan di lingkungan pemukiman. Tentunya sangat mengganggu dan beresiko musibah kebakaran.
Termasuk juga yang tidak sejalan dengan tuntunan agama adalah bertakbir keliling kota naik truk sambil mengganggu ketertiban berlalu-lintas, apalagi sambil melempar mercon, campur baur laki dan perempuan dan tidak mengindahkan adab dan etika Islam
Wallahu a’lam.

Kamis, 25 Agustus 2011

MESJID RAYA SUMATERA BARAT


Masjid Raya Sumbar Butuh Dana Rp 100 Miliar
Pembangunan Masjid Raya Sumbar berlokasi di Jalan K.H.Ahmad Dahlan, hingga kini masih membutuh dana hingga Rp100 miliar lebih agar dapat dirampungkan hingga tahun 2009.
“Pembangunan masjid raya itu hingga kini masih membutuhkan dana Rp100 miliar dan kita sudah upayakan bantuan dari berbagai pihak termasuk warga Sumbar yang diperantauan,” kata Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi, di Padang,
Menurut dia, untuk pembangunan masjid raya itu dibutuhkan dana Rp 210 miliar dan sebanyak Rp100 miliar diantaranya sudah dialokasikan dari APBD Sumbar, masing-masing dari APBD 2007 sebanyak Rp10 miliar, APBD 2008 Rp50 miliar, dan APBD 2009 Rp60 miliar.
Gubernur mengatakan, pihaknya menargetkan pembangunan masjid raya itu bisa rampung tahun 2009 karena merupakan satu kebanggaan masyarakat Minang.
Sebagai daerah yang berfilosofi Adat Basandi Sarak sarak Basandi Kitabullah yang kental nuansa Islam, namun hingga kini kita masih belum memiliki masjid raya yang mampu menampung ratusan jemaah, katanya.
Terkait hal tersebut tahun 2007 sudah dilakukan peletakan batu pertama untuk masjid tersebut dan secara bertahap sudah mengalir bantuan dari berbagai pihak.”Kita sangat berharap partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan pembangunan masjid tersebut,” katanya.Pemda menargetkan 560 tiang pancang Masjid Raya rampung dibangun hingga akhir 2008.
“Proyek pembangunan Masjid Raya ini sedang berjalan, sampai akhir tahun kita targetkan pemancangan 560 tiang selesai,” katanya.
Dalam desain masjid dibangun dengan luas 18.800 m2 diharapkan dapat menampung 6000 jemaah. Dengan total luas masjid beserta fasilitas penunjang seperti food court, area bisnis dan komersial serta lainnya mencapai 30.236 m2.
Tahan Gempa
Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar) yang tengah dibangun ini didesain dengan konstruksi bangunan yang mampu menahan getaran gempa.
Menyikapi kondisi geografis Sumbar yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar, maka Masjid Raya Sumbar menggunakan konstruksi yang didesain mampu mengantisipasi getaran gempa kuat, kata Ketua Panitia Pembangunan Masjid Raya Sumbar, H Marlis Rahman di Padang, Senin.
Pembangunan Masjid Raya Sumbar, Sabtu (11/10) ditinjau oleh wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah pejabat pemerintah pusat lainnya.
Masjid dengan daya tampung total 20 ribu jemaah itu dibangun pada lahan seluas 40,98 hektare, sedangkan bangunan utama masjid seluas 18.091 meter persegi dengan dana pembangunan total diperkirakan Rp507,82 miliar.
Terkait konstruksi tahan gempa, menurut Marlis, para konsultan perencanaan mendesain bangunan Masjid Raya Sumbar dengan memperhatikan secara sempurna seluruh ketentuan dalam peraturan Gempa Indonesia terbaru.
Dengan demikian, apabila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan Masjid Raya Sumbar sudah didesain mampu menahan beban gempa tersebut, tambahnya.
Ia menjelaskan, struktur bangunan Masjid Raya Sumbar berupa open frame terbuat dari struktur beton bertulang dan baja untuk menahan beban vertikal dan lateral.
Struktur atap dibuat truss pipa baja disangga empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung dengan mutu K-450. Terkait keresahan psikologis masyarakat terhadap isu bencana gelombang tsunami, pembangunan Masjid Raya Sumbar juga disikapi dengan meninggikan ruang shalat utama setinggi tujuh meter dari permukaan tanah sehingga dapat digunakan untuk lokasi evakuasi jika terjadi tsunami, tambahnya.
Rancangan bangunan masjid yang memberikan keamanan dari bencana itu diharapkan meminimalkan kekhawatiran jemaah ketika di dalam masjid sehingga lebih khusuk beribadah, demikian Marlis Rahman yang juga wakil Gubernur Sumbar itu.

Selasa, 23 Agustus 2011

ZAKAT FITRAH

Zakat Fitrah
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t ditanya tentang hukum mengeluarkan zakat fitrah pada sepuluh hari pertama pada bulan Ramadhan?
Beliau t menjawab: Kata zakat fitrah berasal dari kata al-fithr (berbuka), karena dari al-fithr inilah sebab dinamakan zakat fitrah. Apabila berbuka dari Ramadhan merupakan sebab dari penamaan ini, maka zakat ini terkait dengannya dan tidak boleh mendahuluinya (dari berbuka-masuk Syawal-red). Oleh sebab itu, waktu yang paling utama dalam mengeluarkannya adalah pada hari ‘Ied sebelum shalat (‘Ied). Akan tetapi diperbolehkan untuk mendahului (dalam mengeluarkannya) sehari atau dua hari sebelum ‘Ied agar memberi keleluasaan bagi yang memberi dan yang mengambil. Sedangkan zakat yang dilakukan sebelum hari-hari tersebut, menurut pendapat yang kuat di kalangan para ulama adalah tidak boleh. Berkaitan dengan waktu penunaian zakat fitrah, ada dua bagian waktu:
1. Waktu yang diperbolehkan, yaitu sehari atau dua hari sebelum ‘Ied
2. Waktu yang utama, yaitu pada hari ‘Ied sebelum shalat
Adapun mengakhirkannya hingga usai melaksanakan shalat, maka hal ini haram (terlarang) dan tidak sah sebagai zakat fitrah. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu ‘Abbas c:


“Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat, maka zakatnya diterima. Dan barangsiapa menunaikannya setelah shalat, maka itu termasuk dari shadaqah.”
Kecuali apabila orang tersebut tidak mengetahui (kapan) hari ‘Ied. Misalnya dia berada di padang pasir dan tidak mengetahuinya kecuali dalam keadaan terlambat atau yang semisalnya. Maka tidak mengapa baginya untuk menunaikannya setelah shalat ‘Ied, dan itu mencukupi sebagai zakat fitrah.1
Beliau t ditanya: Kapankah waktu mengeluarkan zakat fitrah? Berapa ukurannya? Bolehkah menambah takarannya? Bolehkah membayarnya dengan uang?
Beliau t menjawab: Zakat fitrah adalah makanan yang dikeluarkan oleh seseorang di akhir bulan Ramadhan, dan ukurannya adalah sebanyak satu sha’2. Ibnu ‘Umar c berkata: “Nabi r telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma, atau gandum.” Ibnu ‘Abbas c berkata: “Nabi r telah mewajibkan shadaqatul fithr sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata keji, serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin.”
Maka zakat fitrah itu berupa makanan pokok masyarakat sekitar. Pada masa sekarang yakni kurma, gandum, dan beras. Apabila kita tinggal di tengah masyarakat yang memakan jagung, maka kita mengeluarkan jagung atau kismis atau aqith (susu yang dikeringkan). Abu Sa’id Al-Khudri z: “Dahulu kami mengeluarkan zakat pada masa Rasul r (seukuran) satu sha’ dari makanan, dan makanan pokok kami adalah kurma, gandum, kismis, dan aqith.”

Waktu mengeluarkannya adalah pada pagi hari ‘Ied sebelum shalat, berdasarkan perkataan Ibnu ‘Umar c: “Dan beliau r memerintahkan agar zakat ditunaikan sebelum kaum muslimin keluar untuk shalat,” dan hadits ini marfu’. Dan dalam hadits Ibnu Abbas c: “Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat, maka itu zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat, maka hal itu (hanyalah) shadaqah.”
Dibolehkan untuk mengawalkan sehari atau dua hari sebelum ‘Ied, dan tidak boleh lebih cepat dari itu. Karena zakat ini dinamakan zakat fitrah, disandarkan kepada al-fithr (berbuka, masuk Syawal, red). Seandainya kita katakan boleh mengeluarkannya ketika masuk bulan (Ramadhan), maka namanya zakat shiyam. Oleh karena itu, zakat fithr dibatasi pada hari ‘Ied sebelum shalat, dan diringankan (dimudahkan) dalam mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum ‘Ied.
Adapun menambah takarannya lebih dari satu sha’ dengan tujuan untuk ibadah, maka termasuk bid’ah. Namun apabila untuk alasan shadaqah dan bukan zakat, maka boleh dan tidak berdosa. Dan lebih utama untuk membatasi sesuai dengan yang ditentukan oleh syariat. Dan barangsiapa yang hendak bershadaqah, hendaknya secara terpisah dari zakat fitrah.
Banyak kaum muslimin yang berkata: Berat bagiku untuk menakar dan aku tidak memiliki takaran. Maka aku mengeluarkan takaran yang aku yakini seukuran yang diwajibkan atau lebih dan aku berhati-hati dengan hal ini.
Maka yang demikian ini dibolehkan.
(Diambil dari kitab Majmu’ Fatawa li Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, juz 18 bab Zakatul Fithr)

Hari Raya ‘Iedul Fitri
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t ditanya tentang hukum menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan pada hari ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha serta malam 27 Rajab, Nishfu (pertengahan) Sya’ban, dan hari ‘Asyura?
Beliautmenjawab: Tidak mengapa menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan pada hari-hari ‘Ied seperti ‘Iedul Fitri atau ‘Iedul Adha selama dalam batas-batas syar’i. Di antaranya seseorang makan dan minum atau yang semisalnya. Telah tsabit (pasti) dari Nabi r bahwa beliau r bersabda dalam salah satu hadits beliau:

“Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan dan minum, dan berdzikir kepada Allah U “, yaitu dalam tiga hari setelah ‘Iedul Adha yang barakah. Demikian pula pada hari ‘Ied, kaum muslimin menyembelih dan memakan qurban mereka serta menikmati nikmat Allah atas mereka. Dan juga pada hari ‘Iedul Fitri, tidak mengapa menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan selama tidak melampaui batasan syar’i.
Sedangkan menampakkan kegembiraan pada malam 27 Rajab atau Nishfu Sya’ban atau di hari ‘Asyura, maka hal tersebut tidak ada asalnya dan dilarang (merayakannya). Dan apabila diundang untuk merayakannya, hendaknya tidak menghadirinya berdasarkan sabda Nabi r:


“Hati-hatilah kalian terhadap perkara baru (yang diada-adakan), karena sesungguhnya setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di an-naar.” Adapun malam 27 Rajab, orang-orang mengatakannya sebagai malam Mi’raj, yaitu malam di-mi’raj-kannya Rasulullah r kepada Allah. Padahal hal ini tidak tsabit (tidak benar) dari sisi sejarah. Dan segala sesuatu yang tidak tsabit maka batil, dan setiap yang dibangun di atas kebatilan maka batil (juga).
Seandainya pun benar bahwa malam Mi’raj pada tanggal 27 Rajab, maka kita dilarang untuk mengadakan sesuatu yang baru berupa syi’ar-syi’ar ‘Ied ataupun sesuatu dari perkara ibadah, karena hal itu tidak tsabit dari Nabi r dan tidak pula dari shahabatnya. Apabila tidak tsabit dari orang yang di-mi’raj-kan (Nabi r) dan juga tidak tsabit dari shahabatnya, yang mereka lebih utama dalam hal ini dan paling bersemangat terhadap Sunnah beliau r dan syariatnya, maka bagaimana mungkin kita boleh mengada-adakan sesuatu yang tidak ada di masa Nabi r, dalam memuliakan hari-hari tersebut dan tidak pula dalam menghidupkannya? Dan sesungguhnya sebagian tabi’in menghidupkannya dengan shalat dan dzikir, bukan dengan makan dan bergembira serta menampakkan syiar-syiar ied.
Adapun hari ‘Asyura, maka Nabi r pernah ditanya tentang puasa pada hari itu, maka beliau menjawab:

“Menghapuskan dosa (kecil) setahun yang lalu,” yakni setahun sebelum hari itu. Dan tidak ada syi’ar-syi’ar ‘Ied sedikit pun pada hari tersebut. Sebagaimana halnya pada hari tersebut tidak ada syi’ar-syi’ar ‘Ied, maka tidak ada pula syi’ar-syi’ar kesedihan pula sedikit pun. Menampakkan kegembiraan atau kesedihan pada hari tersebut merupakan perbuatan yang menyelisihi As Sunnah. Dan tidak diriwayatkan dari Nabi r (mengenai amalan) pada hari itu kecuali puasa, sedangkan beliau r memerintahkan kepada kita untuk berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya, untuk menyelisihi Yahudi yang berpuasa pada hari itu saja.
(Diambil dari Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, juz 16 bab Shalatul ‘Iedain).
1 Begitu pula seandainya berita ‘Ied datang tiba-tiba dan tidak memungkinkan baginya untuk menyerahkannya kepada yang berhak sebelum shalat ‘Ied, atau karena udzur lainnya. Dan ini dinamakan mengqadha karena udzur. (Lihat Asy-Syarhul Mumti’ karya Ibnu ‘Utsaimin, 6/174-175, ed)
2 Yaitu sha’ Nabawi. Adapun ukurannya, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menyatakan, berdasarkan ukuran mudd yang dietmukandi reruntuhan di Unaizah, yang terbuat dari tembaga dan tertulis padanya: Milik Fulan, dari Fulan,... sampai kepada Zaid bin Tsabit z (shahabat Rasulullah r), adalah senilai 2,040 kg gandum yang bagus (lihat Asy-Syarhul Mumti’ karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 6/76). Jika dinilaikan dengan beras maka sekitar 2,250 kg.
Ada juga yang menyatakan bahwa 1 sha’ Nabawi ukurannya sekitar 3 kg, sebagaimana fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz (Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah, edisi 17/1406-1407H), dan juga Asy-Syaikh Alu Bassam dalam Taudhihul Ahkam (3/74) menyatakan bahwa 1 sha’ Nabawi ukurannya 3000 gr (3 kg) bila diukur dengan hinthah (sejenis gandum).
Sehingga kebiasaan kaum muslimin di Indonesia yang menunaikan zakat fitrah dengan ukuran 2,5 kg beras insya Allah sudah mencukupi. (ed)

Minggu, 14 Agustus 2011

MISTERI ANGKA 4 ROMAWI PADA JAM GADANG

Angka-angka pada Jam Gadang banyak media mengatakan memiliki keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.

Sepintas, mungkin tidak ada keanehan pada bangunan jam setinggi 26 meter tersebut. Apalagi jika diperhatikan bentuknya, karena Jam Gadang hanya berwujud bulat dengan diameter 80 sentimeter, di topang basement dasar seukuran 13 x 4 meter, ibarat sebuah tugu atau monumen. Oleh karena ukuran jam yang lain dari kebiasaan ini, maka sangat cocok dengan sebutan Jam Gadang yang berarti jam besar.

Bahkan tidak ada hal yang aneh ketika melihat angka Romawi di Jam Gadang. Tapi coba lebih teliti lagi pada angka Romawi keempat. Terlihat ada sesuatu yang tampaknya menyimpang dari pakem. Mestinya, menulis angka Romawi empat dengan simbol IV. Tapi di Jam Gadang malah dibuat menjadi angka satu yang berjajar empat buah (IIII). Penulisan yang diluar patron angka romawi tersebut hingga saat ini masih diliputi misteri.

Tapi uniknya, keganjilan pada penulisan angka tersebut malah membuat Jam Gadang menjadi lebih “menantang” dan menggugah tanda tanya setiap orang yang (kebetulan) mengetahuinya dan memperhatikannya. Bahkan uniknya lagi, kadang muncul pertanyaan apakah ini sebuah patron lama dan kuno atau kesalahan serta atau atau yang lainnya.

Dari beragam informasi ditengah masyarakat, angka empat aneh tersebut ada yang mengartikan sebagai penunjuk jumlah korban yang menjadi tumbal ketika pembangunan. Atau ada pula yang mengartikan, empat orang tukang pekerja bangunan pembuatan Jam Gadang meninggal setelah jam tersebut selesai.

Jika dikaji apabila terdapat kesalahan membuat angka IV, tentu masih ada kemungkinan dari deretan daftar misteri. Tapi setidaknya hal ini tampaknya perlu dikesampingkan.

Namun yang patut diketahui lagi, mesin Jam Gadang diyakini juga hanya ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.
Jam Gadang ini peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang anak berusia enam tahun, putra pertama Rook Maker yang menjabat controleur Belanda di Bukittinggi ketika

JAM GADANG

Jam Gadang adalah sebutan bagi sebuah menara jam yang terletak di jantung Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat Jam Gadang adalah sebutan yang diberikan masyarakat Minangkabau kepada bangunan menara jam itu, karena memang menara itu mempunyai jam yang "gadang", atau "jam yang besar" (jam gadang=jam besar; "gadang" berarti besar dalam Bahasa Minangkabau).

Sedemikian fenomenalnya bangunan menara jam bernama Jam Gadang itu pada waktu dibangun, sehingga sejak berdirinya Jam Gadang telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan penanda atau markah tanah Kota Bukittinggidan juga sebagai salah satu ikon provinsi Sumatera barat
Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sultan Gigi Ameh. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda  kepada Rook Maker, Controleur (Sekretaris Kota) Bukittinggi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda dulu. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun.


Denah dasar (bangunan tapak berikut tangga yang menghadap ke arah Pasar Atas) dari Jam Gadang ini adalah 13x4 meter, sedangkan tingginya 26 meter.


Jam Gadang ini bergerak secara mekanik dan terdiri dari empat buah jam/empat muka jam yang menghadap ke empat arah penjuru mata angin dengan setiap muka jam berdiameter 80 cm.

Menara jam ini telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk pada bagian puncaknya. Pada awalnya puncak menara jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Saat masuk menjajah Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang mengubah puncak itu menjadi berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau

Pembangunan Jam Gadang ini konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Namun hal itu terbayar dengan terkenalnya Jam Gadang ini sebagai markah tanah yang sekaligus menjadi lambang atau ikonKota Bukittinggi. Jam Gadang juga ditetapkan sebagai titik nol Kota Bukittinggi. Renovasi terakhir adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan Pemerintah Kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, dan diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke 262 pada tanggal 22 Desember 2010. 

Ada satu keunikan dari angka-angka Romawi pada muka Jam Gadang ini. Bila penulisan angka Romawi biasanya mencantumkan simbol "IV" untuk melambangkan angka empat romawi, maka Jam Gadang ini bertuliskan angka empat romawi dengan simbol "IIII" (umumnya IV)




Jumat, 12 Agustus 2011

Masjid Raya “SYEKH BURHANUDDIN”

Masjid Raya Syekh Burhanuddin di Padangpariaman, Sumbar.

Dibangun oleh Seorang Mursyid Tarekat
Kehadiran masjid jami ini sangat erat kaitannya dengan sejarah berkembangnya Islam di Sumatra Barat, khususnya di daerah Maninjau. Dan, itu tidak dapat dilepaskan dari peran seorang tokoh penyebar Islam yang paling terkemuka di Ranah Minang yang bernama Syekh Burhanuddin. Ia bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang syekh, suatu gelar kehormatan yang hanya diberikan kepada seorang ulama yang menjadi mursyid (pemimpin, pembimbing) dari suatu aliran tarekat (tharigah). Memang, Syekh Burhanuddin adalah seorang Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah, tarekat yang menjadi pegangan ulama-ulama Sumatra, khususnya di Sumatra Barat. Masjid ini didirikan pada tahun 1670 M, dipimpin langsung oleh Syekh Burhanuddin dengan dukungan para ninik mamak pada waktu itu, yaitu Rangkayo Rajo di Hulu, Rangkayo Rajo Sulaiman, Rangkayo Rajo Mangkuto, dan Rangkayo Rajo Massaid. Adapun tanah tempat berdirinya masjid ini adalah wakaf dari seorang bangsawan yang bernama Tuangku Kampung Ibrahim.


surau gadang burhanuddin


Surau Gadang Burhanuddin
Pada awalnya, masjid ini tanpa nama. Masyarakat menyebutnya Masjid Jami karena masjid ini menjadi pusat penyebaran Islam di Sumatra Barat. Di Masjid Jami inilah Syekh Burhanuddin mengajar dan sekaligus menggembleng santri-santrinya menjadi juru dakwah (dai) yang tangguh untuk menyebarkan Islam di seluruh pelosok Ranah Minang, bahkan sampai ke Tapanuli Selatan. Setelah ia wafat maka untuk menghormati jasa-jasanya, masyarakat pada waktu itu memberikan nama masjid tersebut dengan nama Masjid Jami Syekh Burhanuddin. Warna tasawuf, terutama yang bersumber dari tarekat Naqsyabandiyah, amat berpengaruh terhadap sistem nilai dan tradisi masyarakat pada waktu itu sehingga upacara-upacara tradisi keagamaan seperti terbunuhnya Imam Husein, cucu Rasulullah saw. (10 Muharram), termasuk tradisi pada bulan Shafar, kerap diadakan di masjid ini.


syech burhanuddin makam

Makam syekh burhanuddin
Sejalan dengan perkembangan zaman, saat ini upacara-upacara tradisi tersebut sudah tidak lagi diadakan. Apalagi setelah kaum muda, suatu istilah yang diberikan kepada kelompok pembaharu keagamaan di Sumatra Barat, berhasil memberi warna dalam gerakan dakwah Islam di Minangkabau. Meskipun begitu, sisa-sisa pengaruh tasawuf belum hilang sama sekali. Terbukti dengan masih adanya segelintir orang yang datang untuk berziarah ke makam Syekh Burhanuddin. Memang untuk para pengikut tarekat di Sumatra Barat, Syekh Burhanuddin dianggap seorang Waliyullah yang memiliki keramat (karomah). Sedangkan, Masjid Jami peninggalannya itu, sejak dibangunnya sampai hari ini telah mengalami 4 kali perbaikan. Dan, seperti dapat yang Anda saksikan hari ini, arsitektur masjid ini adalah perpaduan antara Timur Tengah dan Minangkabau. Memiliki 2 buah kubah yang menjulang ke angkasa, merupakan simbol kejayaan Islam. Sedangkan, dinding dan atapnya yang berwama kebiruan, adalah simbol keakraban masjid dengan lingkungannya.