Laman

Tampilkan postingan dengan label balimau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label balimau. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Agustus 2011

PERISTIWA BALIMAU PADA TANGGAL 31 JULI 2011

2 TEWAS, 2 LUKA-LUKA
Tradisi balimau yang bagi sebagian masyarakat dikaitkan dengan menyambut Ramadan. Lubuak Minturun dan Batang Kuranji menelan dua nyawa manusia. Perlu redefinisi tentang balimau itu?
Jauh-jauh hari, banyak pihak mengimbau tradisi balimau yang telah menjadi tradisi di tengah masyarakat, tak perlu dilakukan secara berlebihan. Namun imbauan itu tak demikian direspons.
Euforia balimau sambut bulan suci Ramadan, Minggu (31/7), yang sebagian besar dilakukan warga di tempat pemandian berupa sungai, pantai, water boom, tabek, danau, dan lain sebagainya, akhirnya menelan korban jiwa.
Kali ini ritual balimau itu menewaskan dua bocah yang tenggelam saat mandi-mandi di lokasi yang berbeda dan dua korban kecelakaan mengalami luka-luka. Kejadian tersebut terjadi di beberapa lokasi di Kota Padang, Minggu.
Dua bocah malang yang tewas kehabisan oksigen itu Natasya Elina, (13), warga Lubuk
Buaya, Keca­matan Koto Tangah dan Fitonur Azizi, (9), warga Kayu Gadang, Kecamatan Kuranji. Ke­duanya menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Siti Rahma, Padang.
Sementara itu, kecelakaan yang terjadi di wilayah By Pass, Kota Padang dialami Rio (21), warga Belimbing dan Us (25), warga Air Pacah. Keduanya  dirawat di Rumah Sakit Siti Rahma karena mengalami luka berat. Motor mereka berta­brakan dengan motor lainnya.
Saat di rumah sakit terlihat kedua korban ini terbaring meringis menahan sakit. Tampak bagian pelipis sebelah kanan dan mata Rio mengalami bengkak di sebelah kanan. Sementara Us luka di kepala bagian belakang sehingga men­dapatkan beberapa jahitan.
Tenggelam
Dari keterangan Udin (30), saksi ma­ta tewasnya Natasya mengatakan, sa­at bersama rekannya mandi di ka­wasan endungan lama tidak jauh dari SMP 16 Padang, Balai Gadang Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, sekitar pukul 17.15 WIB, kemudian ia mendengar berteriak meminta tolong dari beberapa orang warga.
Udin bersama dengan ma­sya­rakat sekitar berhamburan menolong dan korban berhasil dikeluarkan dari air. Kemudian Natasya langsung dibawa ke Rumah Sakit Siti Rahma dengan menggunakan sepeda motor.
“Karena di lokasi ini sudah macet panjang. Tapi saat tiba di rumah sakit, Natasya sudah tewas,” kata Udin di rumah sakit kepada Haluan.
Sementara itu, sekitar 15 menit setelah kepergian Natasya, Ajiji salah seorang bocah laki-laki menyusul Natasya ke alam baka. Ajiji juga tewas saat menuju ke rumah sakit yang sama. Ajiji tewas saat mandi-mandi di kawasan Jembatan Kuranji, Padang. Kedua korban tewas tersebut telah dibawa ke rumah masing-masing untuk dikebumikan.
Tumpah Ruah di Pemandian Lubuak Minturun
Dari pantauan Haluan di kawasan Lubuk Minturun, seluruh lokasi pemandian menjadi lautan manusia. Tidak hanya berasal dari Kota Padang, tetapi sejumlah pengunjung mengaku datang dari luar Kota Padang, seperti dari Kabupaten Padang Pariaman dan Bukittinggi.
Lubuk Minturun sebagai salah satu kawasan wisata Kota Padang ini mulai didatangi warga semenjak pukul 13.30. Puncak lautan manusia itu terjadi antara pukul 15.30 hingga pukul 18.00.
Puncak keramaian tersebut tidak hanya terjadi di kawasan pemandian. Tapi di sepanjang jalan Lubuk Minturun menuju lokasi pemandian juga terimbas macet panjang. Jalan yang sempit membuat kendaraan roda dua dan roda empat hanya bisa beringsut. Diperkirakan kemacetan itu mencapai tiga kilometer.
Disisi lain, sebagian besar warga setempat ikut ketiban rezeki, baik yang menjadi tukang parkir, menjaga pintu gerbang pemandian, hingga berdagang di kawasan itu. Untuk tarif parkir, rata-rata tiap kendaraan sepeda motor dipatok Rp2 ribu hingga Rp3 ribu, sedangkan untuk mobil mencapai Rp4 ribu hingga Rp10 ribu.
Panen uang juga dirasakan oleh penjaga gerbang pemandian. Lubuk Minturun memiliki  belasan titik pemandian. Untuk bisa masuk ke kawasan pemandian, pengunjung dikenakan biaya antara Rp2 ribu hingga Rp5 ribu per orang, tanpa diberi tiket masuk.
Jika pada tahun lalu pengunjung bebas melompat dan beratraksi, namun kali ini tempat itu dijaga oleh petugas Tim SAR dari Badan Pe­nang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, dan petugas ini melarang pengunjung untuk melompat dari ketinggian, dengan alasan menjaga keamanan dan keselamatan pengunjung yang lagi mandi di bawah.
Meski dilarang, namun sejumlah pengunjung ada juga yang memban­del dan tetap melompat sambil berekspresi ceria.
Tidak hanya Lubuk Minturun yang dipadati pengunjung, tetapi sebagain besar lokasi pemandian di Kota Padang juga dipenuhi warga, seperti di pemandian Kecamatan Pauh, Kuranji dan yang lainnya. Bahkan ada juga sejumlah warga yang balimau di kawasan Pantai Padang dan Pantai Purus Padang.
Balimau, Danau Singkarak Ramai Dikunjungi

Sabtu, 30 Juli 2011

mandi balimau menurut islam

Ramadhan semakin dekat,,, happy ramadhan  rindu ramadhan,,bulan yang penuh barokahampunan,,,,pokoknya banyak pahala yang bakal kita dapat, ingat kata ALLAH, “fastabiqul khoirot” berlomba lombalah dalam kebaikan, berhubung bentar lagi ramadhan,kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai  mandi balimau menurut islam yang sering di ributkan oleh banyak orang dan banyak juga yang menjadikannya ajang politik dengan memanfaatkan itu(sebel banget kan?).
Kekhasan mandi Balimau adalah airrendaman wangi. Di dalam air itu. direndam bunga-bungaan wangi (termasuk mawar), daun landep, irisan daun pandan, dan perasan air dari sejenis jeruk purut besar. "Wanginya khas sekali. Biasanya sudah ada racikannya." ujar Imelda.

Untuk mandinya, dilakukan dengan cara berendam di air sungai, lalu rendaman air wangi itu dipakai membasuh, seperti halnya sabun mandi. Setelah itu, badan dibasuh lagi dengan air sungai. Setelah mandi, mereka pun berwudhu.

Memang dalam Islam tak ditemukan ajaran seperti Balimau ini. Itulah sebabnya, tradisi ini sempat melahirkan kecaman dari tokoh agama di Padang. Tradisi ini dinilai peninggalan Hindu yang umatnya mensucikan diri di Sungai Gangga, India.

Balimau dianggap mirip dengan Makara Sankranti, yaitu saat umat Hindu mandi di Sungai Gangga untuk memuja dewa Surya pada pertengahan Januari, kemudian ada Raksabandha sebagai penguat tali kasih antar sesama yang dilakukan pada Juli-Agustus, lalu Vasanta Panchami pada Januari-Februai sebagai pensucian diri menyambut musim semi.

Namun, niat menyucikan yang dilakukan warga Minang tentu saja berbeda dengan umat Hindu. Tak ada pula pelarangannya. Apalagi dalam tradisi ini juga ada sentuhan ke-Islam-an, yaitu beramaaf-maafan menjelang ibadah puasa.

Hanya saja yang menjadi masalah, saat Tradisi Balimau berlangsung kerap terjadi perbuatan yang dinilai maksiat. Misalnya, ada yang menjadikan Tradisi Balimau sebagai ajang pacaran. Bahkan tak sedikit lelaki yang memelototi tubuh wanita yang lekuk tubuhnya terlihat jelas sebab badannya terbalut kain basah.

Kelakuan sebagian orang itulah yang membuat tokoh agama di Minang meradang, sehingga menuding Tradisi Balimau lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. Sehingga tokoh agama ada yang menentang tradisi terus dihidupkan. Sebab, mereka menilai tradisi itu sudah tak sejalan dengan filosofi “adat bersendikan syarak”.

Sebenarnya tradisi mandi suci menyambut ramadhan ini bukan hanya terjadi di Tanah Minang saja. Di sejumlah daerah juga melakukan hal yang sama. Misalnya warga Riau melakukannya di Sungai Kampar. Istilahnya juga mirip dengan di Minang, yaitu Balimau Kasai.

Di kawasan Jawa, tradisi mandi suci disebut dengan Padusan. Ini dilakukan di setiap pelosok kampung. Juga dilakukan sehari menjelang ramadhan. Padusan adalah simbol mensucikan diri dari kotoran dengan harapan bisa menjalankan puasa dengan diawali kesucian lahir dan batin. Tempat mandi yang dicari adalah yang alami. Sebab mereka percaya sumber air yang alami adalah air suci yang menghasilkan tuah yang baik.

Nah, jadi yang perlu kita tekankan adalah jangan sesekali menganggap bahwa mandi balimau itu adalah sebuah ibadah , yang jelas itu hanya sebuah kebiasaan, jadi gak mandi balimau pun tidak apa apa, yang penting itu bagaimana cara kita menyambut bulan ramadhan dengan baik, salah satu contoh meminta maaf kepada orang2 yang kita kenal. Ingat ya, suri tauladan kita Rasulullah SAW, jadi jangan asal ngikut2 aja (mandi balimau orang,mandi balimau kita tanpa alasan yang jelas), ukur antara manfaat dan mudhoratnya, kalau mudhorat lebih banyak daripada manfaatnya, tinggalkan ya sob.

Mungkin cukup sekian, saya mohon maaf kepada sahabat semua atas kesalahan yang selama ini saya lakukan, mari kita sambut bulan ramadhan ini dengan gembira,dan di isi dengan memperbanyak beribadah.