Laman

Sabtu, 24 September 2011

PANTAI PADANG

Kota Padang, berada di provinsi Sumatera Barat. Nggak tahu kenapa, Kota ini sekarang masih termasuk Kota favorit kedua saya setelah Kota Bukittinggi, terutama yang masih di daerah Sumatera Barat lho. Berhubung pembicaraannya lagi fokus tentang Kota padang, saya akan coba menggambarkan keadaan secara umumnya saja tentang Kota Padang.


Sebelumnya, saya yakin bahwa kamu sudah tidak asing lagi dengan Kota Padang. Tapi bagi yang kamu yang belum tahu nih.., Kota Padang itu sebuah Kota yang memiliki iklim yang cukup panas. Keunikan dari Kota Padang menurut saya adalah terletak di kebudayaannya, serta pemandangan yang nggak bikin bosan. Meskipun lokasi mayoritasnya (di Kota Padang ini) adalah pantai, tapi buat kamu yang paling suka dengan suasan alami atau suka banget sama pantai, Kota ini bisa menjadi salah satu target kamu juga lho.. (promosi nih..)


Memang sih, kehidupan di Kota ini jauh berbeda jika di bandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Tapi, terkadang ada juga orang-orang yang justru karena hal itu malah berkunjung ke Kota ini. Kenapa kok gitu? Ya mungkin alasan utamanya adalah untuk mendapatkan suasana yang tenang dan berbeda.


Karena mayoritas berada di sepanjang pantai, salah satu lokasi yang menarik di Kota ini adalah Pantai Padang. Pantai Padang merupakan salah satu pantai yang cukup ramai di kunjungi oleh orang sini juga, alasannya adalah karena Pantai Padang merupakan pantai yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Sekedar jalan-jalan santai atau nongkrong bareng keluarga/teman-teman, kalau kamu mampir ke Kota Padang jangan lupa untuk singgah di Pantai Padang. Suasana sore menjelang malam adalah suasana paling pas buat mengucapkan, “See you tomorrow” pada senja yang perlahan menghilang. Efek gradasi dari sunset di pantai ini bisa
mengundang imajinasi kamu, atau minimal menyegarkan fikiran buat kamu yang lagi boring. Tapi kalau kamu mau sekalian mencoba aktivitas lain, seperti memancing misalnya, disini kamu tidak akan kesulitan untuk menemukan lokasi untuk memancing.


Setiap daerah dimanapun itu pastinya memiliki keindahan dan keunikan yang berbeda-beda. Tapi kalau kamu mau tahu keunikan dan keindahan lainnya di Padang atau daerah lainnya di Sumatra Barat? Kalau kamu ada kesempatan, atau sedang ingin liburan, Kota Padang bisa juga jadi alternatif kamu lho ;-)

Kamis, 22 September 2011

MEKAH MINI DI LIBUK MINTURUN KOTA PADANG


Kota Padang boleh dikatakan memiliki beragam objek wisata. Mulai dari wisata pantai, wisata alam, wisata sejarah, hingga wisata Islami.

Objek wisata islami yang lebih dikenal sebagai lokasi manasik haji ini, merupakan miniatur tanah suci Makkah, tempat seluruh umat Islam dari berbagai penjuru dunia, menunaikan ibadah haji. Jika dibandingkan dengan kondisi kota Makkah, memang luasnya jauh berbeda, namun, begitu memasuki kawasan ini, nuansa Islaminya sangat kental.

Seperti diketahui, kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah. Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bermalam di Muzdalifah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah. Tahapan inilah yang diinterpretasikan melalui lokasi manasik haji, di kawasan Lubuk Minturun ini.

Pada pintu gerbang, terdapat tugu yang diatasnya terdapat Al-quran raksasa yang terbentang megah. Coba kita teliti satu persatu. Mulai dari bagian depan kawasan ini, terdapat dua batu besar. Salah satunya bertuliskan nama pendiri lokasi manasik haji ini yaitu H.Nurli Zakir dan Hj. Asmaridha, serta tanggal pendirian lokasi ini yaitu 13 Desember 2000 lalu.

Pemandangan bukit yang hijau, akan memanjakan mata Anda. ditambah lagi hamparan rumput, diselingi pasir layaknya padang pasir, dengan bebatuan besar, yang menandakan setiap perhentian muslim, dalam menyelenggarakan haji. Nun di pojok kiri kawasan ini, berdiri indah bangunan Masjid Nurzikrillah, yang digunakan oleh masyarakat untuk beribadah dan untuk manasik haji, karena di dalamnya dilengkapi dengan miniatur ka’bah. Menurut salah seorang penjaganya, Masjid ini hanya dibuka ketika waktu-waktu shalat saja.

Pada bagian samping Masjid ini terukir kembali tulisan kapan pendirian Masjid, serta siapa saja yang menghadirinya. Melanjutkan perjalanan, Anda akan melihat bongkahan-bongkahan batu yang bertuliskan nama-nama kawasan di Kota Mekkah, salah satunya adalah Arafah.

Di tengah kawasan, terdapat sebuah jembatan kecil, yang diatasnya terdapat tiga buah tugu, melambangkan tempat umat Islam melempar jumrah, Al-Ula, Al-Wustha, Al-Aqabah. Dan di samping jembatan berwarna biru tersebut, Anda akan menjumpai miniatur terowongan Mina, yang menjadi persinggahan saat menunaikan ibadah haji.

Sedangkan miniatur bukit Safa dan Marwah, yang menjadi tempat tahapan sa’i ibadah haji, atau berlari kecilpun ada di sini. Selain dijadikan tempat manasik haji, lokasi ini juga kerap didatangi masyarakat, untuk berwisata. Karena, selain tempat yang masih alami dengan udara segarnya, juga menyediakan salah satu keunggulan Allah lainnya, yaitu menciptakan makhluk unik, berupa ikan jenis.....yang ukurannya sebesar manusia. Ikan ini dipelihara di dalam sebuah kolam persis di atas jembatan melempar jumrah tadi.

Biasanya, ikan ini akan muncul ke permukaan, jika pengunjung melemparkan kacang atom atau makanan ringan lainnya. “Kalau makanannya sih ikan kecil dan daging,” ungkap penjaga lokasi manasik haji ini, Syamsuardi Jar. Lenggak-lenggok ekor ikan berwarna kuning keemasan bercampur perak ini akan membuat Anda tak jemu-jemu memandangnya.

Soal alternatif kendaraan, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi melalui jalur bypass Kota Padang, menuju simpang Lubuk Minturun, dengan alokasi waktu sekitar setengah jam dari pusat kota. Atau jika Anda memilih menggunakan kendaraan umum, Anda bisa menaiki kendaraan jurusan Lubuk Minturun bercat kuning, dengan ongkos sekitar Rp2000-Rp2.500. oya... uang masuk lokasai tidak ada kok, hanya biaya sekadarnya saja




sumber: padang today

Selasa, 20 September 2011

LOBANG JEPANG DI BUKITINGGI

Lobang Jepang merupakan salah satu objek pelancongan yang ada dalam kota bukittinggi dan merupakan peninggalan sejarah dari kependudukan jepang selama berada di bukittinggi.
Karena Bukittinggi yang sangat strategis, terletak di tengah – tengah pulau sumatera, maka penjajah jepang menetapkan kota bukittinggi sebagai pusat komando pertahanan tentara jepang di sumatera (seiko sikikan kakka) yang dipimpin oleh jenderal watanabe.

Sebagai kubu pertahanan militer bagi jepang dibuatlah terowongan dibawah jantung Kota Bukittinggi, disamping berfungsi sebagai pertahanan juga dipersiapkan sebagai penyimpan amunisi, barak, ruang makan, rumah sakit, ruang sidang dan dapur, yang jumlah keseluruhan ruangan 27 buah dan merupakan satu komplek lengkap, seperti denah yang dapat dilihat pada dinding pintu masuk.


Panjang lobang yang terdapat dilokasi panorama ini lebih kurang 1400 meter, sedangkan panjang keseluruhan yang berada di bawah kota bukittinggi diperkirakan lebih kurang sekitar 5000 meter, dengan demikian yang terawat/terpelihara baru 30% dari lobang yang ada.
Kegunaan utama dari lobang jepang ini adalah sebagai basis pertahanan militer penjajah jepang dari serangan sekutu maka pembangunannya sangat dirahasiakan, dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan lobang jepang ini mulai dibangun. Hanya dapat diperkirakan beberapa bulan sesudah maret 1942, saat jepang merebut kota bukittinggi dari tangan pemerintah Belanda.



Tenaga kerja kasar untuk mengali lobang ini diambil dari orang – orang indonesia yang ditangkap dari daerah lain, seperti dari pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera Selatan dan lain sebagainya, sedangkan hasil tangkapan dari bukittinggi sendiri di bawa pula ke daetrah lain untuk dipekerja paksakan pula pada proyek – proyek lainnya, seperti le loge untuk m,embuat jalan kereta api yang akan menghubungkan muaro sijunjung dengan pekanbaru riau. Namun pekerjaan ini tidak kunjung slesai, karena jepang keburu kalah ditangan Tentara Sekutu.



Tenaga teknis dalam pembangunan lobang ini diambilkan dari orang – orang indonesia yang bekerja di tambang batu bara ombilin sawahlunto yang berasal dari pulau Jawa.
Semua tenaga kerja kasar tidak sati orangpun yang dapat menyelamatkan diri, semuanya meningal disebabkan kekurangan makanan dan siksaan dari tentara jepang. Sehingga kerahasiaan lobang tetap terpelihara.


Sekalipun lobang ini dapat diselesaikan, namun belum sempat dimanfaatkan secara sempurna, karena jepang keburu bertekuk lutut kepada tentara sekutu akibat dua buah atom yang dijatuhkan tentara sekutu di Kota Nagasaki dan Hirosima pada tanggal 7 dan 8 agustus 1945, dan berlanjut dengan diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 oleh Soekarno – Hatta.

Lubang Jepang ditemukan oleh masyarakat setempat pada tahun 1946 dengan kondisi yang mencekam. Banyak tulang-belulang manusia yang berserakan di lantai sepanjang lorong terowongan. Pada tahun tersebut pemerintah Kota Bukittinggi mengubur tulang belulang yang berserakan itu dan membersihkan terowongan. Kemudian pemerintah kota menata terowongan itu untuk dipersiapkan menjadi salah satu objek wisata sejarah di kota Bukittinggi dengan menambah beberapa sarana pendukung. Peresmian Lubang Jepang dilakukan oleh Menteri Kebudayaan ketika itu, Fuad Hasan, pada tanggal 11 Maret 1986

Saat ini Lobang Jepang ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik Mancanegara maupun nusantara dan merupakan objek wisata favorite di bukittinggi dan bahkan Sumatera Barat.

Kondisi Dalam Terowongan

Dari pintu gerbang, kita menurunbi anak tangga sebanyak 135 buah,



apabila anak tangga ini tingginya rata – rata 20 cm, dengan demikian 135 anak tangga berarti kita telah turun setinggi 27 m. Jika kita bandingkan lagi tempat kita berdiri sekarang dengan jalan yang ada diatas kita, mempunyai perbedaan tinggi lebih kurang 5 m. Dari perhitungan ini diketahuilah bahwa dasar lobang berkisar antara 30 sampai 40 m dari permukaan tanah. Kedalaman ini sudah cukup aman dinilai oleh jepang terhadap serangan udara dari tentara sekutu.

sumber: bukitinggi.go

Kamis, 15 September 2011

MARAWA.....???

Mungkin banyak yg belum tahu apa arti warna pada marawa


Marawa melambangkan tiga wilayah adat di minangkabau yang dinamakan Luhak Nan Tigo.
  1. Warna kuning, melambangkan Luhak Nan Tuo (Luhan yang Tua, yaitu daerah Tanah Datar)
  2. Warna merah, melambangkan Luhak Nan Tangah (Luhak yang Tengah, daerah Agam)
  3. Warna hitam, melambangkan Luhak nan Bungsu (Luhak yang Bungsu, yaitu daerah 50 Kota)

Selain itu, ketiga warna tersebut juga melambangkan pola kepemimpinan minangkabau, yaitu yang disebut “Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin“, terdiri dari Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai.

Tungku tigo sajarangan, maksudnya ketika memasak diperlukan tiga buah batu sebagai tungku untuk mengokohkan tempat kuali atau periuk. Begitu juga dengan kepemimpinan di minangkabau, ketiganya sebagai pilar penyangga masyarakat Minangkabau. Jika salah satunya hilang, maka akan terjadi kesenjangan.

Tali Tigo Sapilin diibaratkan tiga utas tali yang dipilin menjadi satu,sehingga menjadi kuat. Tali Tigo Sapilin adalah tamsil pedoman ketiga kepemimpinan masyarakat, antara lain aturan adat, agama dan undang-undang.

Niniak mamak adalah penghulu adat di dalam kaumnya. Lalu, Alim ulama orang yang memiliki ilmu agama yang akan membibing masyarakat mengenai agama.  Sedangkan Cadiak pandai adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang. Sehingga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat dan pendamping bagi Niniak mamak dan Alim ulama.

Begitulah tungku tigo sajarangan sebagai pilar penyangga masyarakat minang yang digambarkan dalam marawa.

Rabu, 14 September 2011

GARA-GARA FACEBOOK SISWI SMA DI TUSUK

Siswi kelas I SMAN 4 Bukittinggi, Viola Putri Yeni (16), nyaris tewas dibunuh teman lelakinya sendiri, Kv (15), siswa kelas 2 SMP di Bukittinggi yang dikenal melalui facebook (FB) sebulan lalu, kemarin (13/9) di dekat rumah potong hewan Bukittinggi. Korban saat ini terbaring di ruang gawat darurat RS Yarsi Bukittinggi dengan sebelas tusukan."



Tidak diketahui persis penyebab korban ditusuk oleh tersangka yang beralamat di kelurahan Garegeh Bukittinggi yang saat erita ini diturunkan sedang diburu aparat polisi. Tapi menurut pengakuan korban, waktu itu korban disuruh tersangka jalan duluan. "Begitu saya berjalan duluan, tersangka langsung menusuk bahu dan lengan tangan kanan saya," ujar Viola Putri kepada koran di ruang gawat darurat RS Yarsi Bukittinggi, kemarin.

Saat membezuk korban, petugas medis sedang melakukan tindakan medis dengan menjahit tangan kanan korban dengan jumlah sebelas  tusukan. Saat petugas melakukan tindakan medis, korban terlihat tegar, meski harus menangis menahan sakit karena harus dijahit yang didampingi orangtuanya Rini (39).

Menurut pengakuan korban, tersangka baru dikenalnya sebulan lalu melalui facebook. Saat peristiwa penganiayaan terjadi, korban kebetulan bertemu dengan tersangka di depan rumah potong, jalan Pemuda Bukittinggi.

Korban yang waktu itu masih berpakaian sekolah, langsung diajak tersangka ke Jangkak untuk menjemput sepeda motor yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dari rumah potong hewan. Ajakan tersebut ternyata direspon korban dengan pergi berduan berjalan kaki.

Karena jalan yang akan dilalui adalah jalan pintas, tersangka miminta korban jalan lebih duluan. Korban pun menurut saja. Baru beberapa langkah berjalan, tersangka langsung mencabut pisau, dengan menusuknya ke badan korban. Kejadian itu membuat korban terpekik dan berupaya mengelak, sehingga dari belasan tusukan yang dihujamkan tersangka, sebelas tusukan mengenai tangan kanan korban.

"Saya tidak menyangka dia (tersangka) akan berbuat seperti itu kepada saya. Padahal, sepanjang pengetahuan saya, dia tidak ada bertindak aneh-aneh, seperti orang gila umpamanya," ujar korban terbata-bata.

Orangtua korban, Rini, telah mendatangi Mapolresta Bukittinggi untuk memberikan laporan penganiayaan anaknya ini. Namun, karena saat itu petugas piket tidak ada dia harus kembali menemani anak dirawat di UGD Yarsi Bukittinggi. "Saya ingin polisi segera menangkap tersangka, dan menghukum setimpal," harap Rini dengan nada sedih.

sumber:Koran Padang Ekspres

Selasa, 13 September 2011

ASAL MULA ORANG PARIAMAN

Tepat tanggal 2 Juli 2011, Kota Pariaman sebagai kota otonom dalam Pemerintahan Republik Indonesia diperingati berusia 9 tahun. Karena kota Pariaman sebagai kota otonom lahir berdasarkan surat keputusan Presiden yang diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri RI Hari Sabarno tanggal 2 Juli 2002 di halaman kantor Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Desa Depdagri, Jakarta.



Kota Pariaman ini lahir berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang pembentukan Kota Pariaman Propinsi Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Undang-Undang tersebut diundangkan ke dalam Lembaran Negara RI dengan nomor urut 25 tahun 2002 oleh Sekretaris Negara RI Bambang Kesowo.

Namun jauh sebelumnya, dari mana asal penduduk Pariaman. Jika dilihat masa silam kota Pariaman, maka Pariaman merupakan salah satu daerah rantau dari  Minangkabau, seperti halnya Padang, Pasisia, Tiku. Menurut struktur pemerintahan adat Minangkabau, rantau Pariaman dinamakan rantau Riak Nan Mamacah. Maksudnya, di mana harta pusakanya juga turun dari garis ibu. Sedangkan gelar (gala) pusaka, juga turun dari garis Bapak. Warisan gelar setelah berumah tangga turun dari bapak seperti Sidi, Bagindo dan Sutan. Gelar itu merupakan panggilan dari keluarga isteri yang lebih tua dari umur isteri kepada seorang laki-laki. Warisan dari bapak ini hanya ada di Pariaman.

Penduduk Pariaman umumnya turun dari Luhak Tanahdata. Selain itu juga dari Luhak Agam pada bagian Utara. Sedangkan bagian sebelah Selatan justru turun dari Solok. Meski demikian, tetap saja mereka yang turun dari Luhak Tanahdata menjadi pemegang utama roda pemerintah.

 Abdul Kiram dan Yeyen Kiram dalam bukunya Raja-Raja Minangkabau Dalam Lintasan Sejarah (2003;51-52) mencatat, nenek moyang yang mula-mula turun dari Luhak Tanahdata ada sebanyak empat orang Penghulu beserta rombongannya. Yakni Datuk Rajo Angek, Datuk Palimo Kayo, Datuk Bandaro Basa, dan Datuk Palimo Labih. Amanah dari Yang Dipertuan Pagaruyung, di mana jika rombongan berada pada sebuah tempat yang tidak diketahui namanya, maka segeralah diberi nama dan tanda.

Akhirnya tempat itu diberi nama Kandangampek. Karena rombongan mereka berjumlah empat. Tidak lama kemudian, di tempat yang sama datang lagi satu rombongan dipimpin Datuk Makhudum Sabatang Panjang. Kedua rombongan bergabung dan sepakat bersama-sama turun ke bawah menuju arah Barat. Selanjutnya, rombongan menemukan sebuah tempat yang agak tinggi, tapi belum diketahui namanya. Salah seorang anggota rombongan, menanamkan sebatang pohon sebagai pembatas antara Luhak dan Rantau. Di tempat itu rombongan sepakat menamakan Kayutanam. Daerah inilah yang membatasi Luhak (darek) dengan Rantau. Berbatas dengan Bukit Barisan yang melingkari Padangpanjang.

Perjalanan kelima orang Penghulu tersebut diteruskan sampai ke Pakandangan. Di sini mereka membangun perkampungan. Tidak lama kemudian datang lagi ke Pakandangan enam orang Penghulu dari Tanahdata, yakni Datuk Simarajo, Datuk Rangkayo Basa, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk Rajo Bagindo dan Datuk Mangkuto Sati.

Keenamnya bergabung dengan rombongan yang datang sebelumnya. Luas perkampungan diperluas sampai ke Sicincin. Sebagai penghormatan, khusus lima orang Penghulu yang datang pertama, mereka ditempatkan di tengah-tengah kampung. Sedangkan enam Penghulu yang datang belakangan, melingkari tempat kediaman lima Penghulu tersebut. Daerah ini akhirnya bernama Anamlingkung. Kedatangan dua gelombang, untuk mengingatnya dijadikan Kecamatan 2 X 11 Anam-lingkuang dengan ibukota Sicincin. Kini kecamatan ini sudah dimekarkan menjadi tiga kecamatan. Yakni, Anamlingkung,  2 X 11 Anamlingkuang Sicincin dan 2 X 11 Kayutanam. Dari daerah-daerah ini, mereka terus menyusuri hingga ke pantai Pariaman.

Ada juga yang menyebutkan penduduk Pariaman dari Tanahdata turun melalui Malalak. Di Malalak rombongan terbagi dua kelompok. Satu kelompok langsung menuju Pariaman, satu kelompok lagi menuju Kampungdalam. Kuatnya hubungan kekeluargaan dengan Malalak ini dapat dilihat dari adanya kunjungan  dari orang yang berada di Pariaman, tapi berasal dari Malalak, kepada keluarga asal di Malalak.

Pariaman yang terletak di pinggir pantai, mudah dikunjungi pelaut dari berbagai negeri, menyebabkan mudahnya hubungan dengan daerah lain. Sehingga masyarakatnya pun mudah menerima perubahan, baik sosial, politik maupun agama.

Tak heran sebagai wilayah yang berada di pinggir pantai dan di singgahi oleh berbagai pedagang, Pariaman belakangan dihuni tak hanya dari keturunan Minangkabau dari daerah darek. Di Pariaman terdapat pula keturunan keling (kaliang). Mungkin karena warna kulitnya lebih hitam, maka disebut saja kaliang. Sehingga jika ada anggota keluarga rang Pariaman, sering dikatakan kulitnya hitam kaliang.  Bahkan sebelum proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945, di Pariaman juga banyak terdapat keturuan Tionghoa (Cina). Bukti peninggalan keturunan Tionghoa yang tidak bisa dibantah adalah kuburan keturunan Tionghoa di Toboh Palabah dan nama daerah Kampungcino.

Sedangkan bangsa penjajah (Belanda, Inggris dan Jepang), yang pernah bermukim di Pariaman, hingga kini tak diketemukan lagi buktinya. Penulis hanya pernah mendapatkan informasi di sekitar Kampung Perak ada kuburan Belanda. Namun kini sudah menjadi areal perkantoran, yakni Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Padangpariaman.

Meski penduduk Pariaman sudah bercampur, tapi  tetap memakai adat Minangkabau dalam kesehariannya. Hanya saja, sebagai daerah rantau, di Pariaman tidak diketemukan rumah gadang seperti di daerah darek. Rumah gadangnya tidak bergonjong sebagaimana rumah gadang di daerah darek seperti tanduk kerbau. 

Penulis: Bagindo Armaidi Tanjung

Senin, 12 September 2011

RESEP RENDANG

Rendang Padang














Bahan:
1 ½ kilo daging sapi
12 gelas santan dari 3 butir kelapa
1 batang serai, memarkan
1 lembar daun kunyit
2 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya

Bumbu Yg Di Haluskan:
1 ons cabe merah
15 buah bawang merah
6 siung bawang putih
5 buah kemiri
2 cm jahe
3 cm laos (yang ini tidak perlu dihaluskan, cukup di keprak saja)
½ buah biji pala
4 buah kemiri
½ sdm. garam
1 sdm. gula pasir

Cara membuat:
  1. Daging dipotong2 sesuai selera.
  2. Dalam wajan: rebus santan dengan bumbu-bumbu yang dihaluskan plus daun-daun dan penyedap rasa
  3. Aduk terus sampai mengental agar santannya tidak pecah. Kalau sudah mulai keluar minyak masukan potongan-potongan daging
  4. Aduk terus dan dengan api sedang. Kalau mau dihitamkan kecilkan apinya.

Tips :
Sedikit tambahan untuk resep tsb (supaya lebih enak,boleh di test):
  • 1kg daging, kelapanya 3 butir dibuat santan kental, jadi kalau 1,5 kg sebaiknya 5 butir kelapa.
  • Ditambah 3 lembar daun salam, juga untuk serai ditambah jadi 2 batang, daun jeruk ditambah menjadi 4 lembar
  • Ditambah 2 sdm kelapa parut sangrai yang sudah digiling halus (sampai keluar minyak)
  • Sedikit gula, bila suka
  • Kalau ingin rasanya lebih sarat bumbu, cabe, bawang putih & merahnya boleh ditambah lagi
  • Supaya lebih meresap bumbunya, sebaiknya daging diungkep dulu bersama dengan semua bumbu & daun, setelah air dagingnya kering baru  masukan santan, diaduk terus sampai mendidih. Kecilkan api, masak sampai bermiyak (hitam) dengan sekali-sekali diaduk agar tidak lengket & matangnya merata.



- Kadang ada orang yang bilang kenapa kalau masak rendang tidak bisa hitam seperti rendangnya orang Minang. Ibuku bilang, supaya rendang bisa hitam, kuncinya jangan pakai kunyit. Kalau pakai kunyit, biar masaknya lama dengan api kecil pun, rendang tetap kelihatan merah (seperti kalio).

- Supaya dedaknya banyak, santan juga harus banyak. Memeras santan untuk rendang, perasan pertama sebaiknya jangan ditambahkan air dulu.Peras kelapa dengan menggunakan kain/serbet khusus, supaya patinya keluar.

- Resep keluargaku, takaran utamanya :
1 kg daging, 4 butir kelapa (kalau di Batam = 2kg), 1 ons cabe giling. Ukuran potongan daging yang pas utk rendang, 1 kg = 25-30 potong, potong sesuai seratnya supaya tidak cepat hancur waktu dimasak.

- Kalau jenis dagingnya yang cepat empuk, jangan terlalu cepat dimasukkan, cukup di aduk dengan bumbu supaya meresap lebih dahulu dan didiamkan k/l 1/2 jam, baru masukkan setelah santan yang telah dijerang keluar minyaknya

Jumat, 09 September 2011



















Sedikitnya, 50-an bendi akan menghiasi pawai budaya dalam rangka menyemarakkan pembukaan Pekan Budaya Sumatera Barat 2011, di Payakumbuh, Minggu (11/9). Bendi-bendi yang terlibat, akan disolek atau dihiasi seindah-indahnya. Pawai Budaya, diikuti 19 kota dan kabupaten di Sumatera Barat. Payakumbuh, diwakili anak nagari Koto nan Ampek, Kecamatan Payakumbuh Barat.


Sekdako Payakumbuh H. Irwandi, SH didampingi Kadis Pariwisata Pemuda dan Olahraga Drs. Rida Ananda, menginformasikan, Rabu (7/9), rute pawai budaya yang semula direncanakan menyusuri jalan utama di pusat kota, disepakati dengan pihak provinsi, hanya mengitari ruas jalan disekitar GOR Kubu Gadang Payakumbuh.

Barisan pawai star dari dalam lapangan Kubu Gadang, selanjutnya melewati panggung kehormatan di depan Dinas Sosial Kubu Gadang Payakumbuh, terus bergerak menuju Jalan Rky. Rasuna Said menuju Simpang Labuh Basilang, kemudian berbelok ke Jalan Rambutan atau ke Labuah Sampik, dan kembali finis di dalam lapangan pacuan kuda Kubu Gadang. Pawai akan bergerak, sekitar pukul 15.00.
Anak Nagari Koto nan Ampek, seperti dilaporkan koordinator pawai Muharnis Zul, S.Pd, akan menampilkan prosesi baralek kawin kabuang batang. Tercatat 40 anak nagari Koto nan Ampek, bakal terlibat dalam pawai budaya tersebut. Sebagai gambaran, baralek kabuang batang, di hari pertama marapulai memakai saluak dan anak daro memakai suntiang. Di hari kedua, marapulai memakai jas dan anak daro memakai selayar.

Sementara itu, kabupaten dan kota lainnya, juga akan menggambarkan budaya daerah setempat, di antaranya menampilkan budaya turun mandi anak, khitanan, aqiqah, perkawinan serta budaya tradisional lainnya. “Pokoknya, iven pawai budaya tersebut, akan menggambarkan tradisi kehidupan masyarakat Minangkabau.

Rabu, 07 September 2011

PENEMUAN MAYAT DI PANTAI PURUS





Sosok mayat remaja ditemukan mengapung di pinggir pantai Purus Kota Padang tadi pagi  Rabu (7/9) sekitar pukul 10.00. Diduga mayat tersebut tewas karena hanyut dilaut, lantaran tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban. Dan diketahui  korban yang masih warga sekitar diperkirakan tidak pulang kerumah sejak tadi malam.
mayat remaja hanyut di pantai purus padang


Diketahui mayat remaja ini adalahmayat Deo (14) yang masih merupakan warga purus. Tepatnya remaja ini adalah warga olo Ladang yang berada sekitar 500 meter dari pantai lokasi ditemukannya mayat korban.

Efrizal, warga yang menemukan korban menyatakan, korban ditemukan dengan kondisi telinga dan kepala mengeluarkan darah karena sudah mulai dimakan ikan. Di temukan sekitar pukul 10.00 wib dalam keadaan tertelungkup diantara bebatuan di pinggir pantai.

Deo Bermaksud Liburan di Kampung Halaman

Ternyata remaja yang bernama Deo ini sudah lama merantau ke Dumai. Namun saat lebaran dia dan orang tuanya pulang kampung untuk berlebaran sekalian liburan.

Namun nasib berkata lain, maksud hati ingin menikmati liburan di pantai remaja malang ini malah hanyut terbawa arus.

Dari Hasil pemeriksaan pihak kepolisian korban diperkirakan sejak semalam berada dilaut dan pada bagian bibir terdapat gigitan ikan. Dan dugaan sementara saat ini korban murni hanyut saat mandi-mandi, karena tudak adanya tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban. “Namun untuk pastinya, mayat korban akan divisum di RSUP M. Djamil,” papar Ipda Simangunsong.

Sementara itu keluarga korban yang datang kelokasi pun, tidak kuasa menahan haru saat melihat jenazah Deo di evakuasi warga beserta polisi ke atas mobil ambulan

sumber:padang today

Kamis, 01 September 2011

Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Rasulullah bersabda:
“Artinya : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, seolah-olah dia berpuasa sepanjang masa.” (H.R. Muslim)


Bulan Ramadhan telah lewat, namun tidak ada kata berhenti untuk berbuat kebaikan. Di bulan Syawal ini, Rasulullah memerintahkan bagi siapa saja yang ingin mendapatkan pahala agar berpuasa selama 6 hari. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila dibulan yang baik ini, kita melepaskan begitu saja kesempatan yang ada di depan mata.
Cara paling utama dalam mengerjakan puasa 6 hari Syawal adalah dengan memulai puasa sejak hari kedua bulan Syawal selama 6 hari berturut-turut. Karena hal tersebut termasuk bersegera dalam berbuat kebaikan. Namun tidak mengapa kita mengerjakannya secara berselang-selang/ tidak berurutan.


Cara berpuasa enam hari di bulan Syawwal

Agar keutamaan puasa enam hari di bulan Syawaal bisa diraih maka ada dua hal yang hendaknya diketahui


Pertama : Hendaknya puasa enam hari ini dikerjakan setelah selesai mengerjakan puasa Ramadhan, maka jika ada hutang puasa di bulan Ramadhan maka hendaknya diqodho terlebih dahulu. Maka tidak disyari’atkan puasa enam hari di bulan Syawwal sebelum mengqodho hutang puasa Ramdhannya.
Hal ini karena dalam lafal hadits Nabi mengatakan


“Barangsiapa yang berpuasa Ramdhan kemudian mengikutkannya dengan puasa enam hari di bulan syawal maka seperti puasa sepanjang masa”


Dan kalimat (ثُمَّ) yang atrinya “Kemudian” menunjukan akan adanya tertib “urutan”. Jadi puasa enam hari di bulan Syawaal tidaklah dikerjakan kecuali setelah selesai mengerjakan puasa bulan Ramadhan. (lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Syaikh Muhammad bin Sholeh al-’Utsaimin 20/18)


Bahkan sebagian ulama memandang jika seseorang berbuka puasa di bulan Ramadhan tanpa udzur maka tidak disyari’atkan baginya untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal.


Ar-Romli berkata, “banyak ulama yang berpendapat bahwa barangsiapa yang tidak berpuasa (penuh) di bulan Ramadhan karena ada udzur atau karena safar, atau karena masih kecil (belum baligh) atau karena gila atau karena kafir, maka tidak disunnahkan baginya untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal. Abu Zur’ah berkata, “Namun yang benar tidaklah demikian. Bahkan ia tetap mendapatkan asal pahala puasa enam hari –meskipun tidak mendapatkan seperti pahala yang disebutkan di hadits karena pahala tersebut diperoleh jika telah berpuasa Ramadhan secara penuh. Dan jika ia berbuka puasa di bulan Ramadhan karena melanggar (tanpa udzur) maka haram baginya untuk puasa enam hari di bulan Syawwal” (Nihaayatul Muhtaaj 3/208)


Kedua : Tidak mengapa dikerjakan secara berurutan atau terpisah-pisah.
Ibnu Qudamah berkata, “Tidak ada bedanya antara dikerjakannya puasa enam hari ini secara berurutan atau secara terpisah-pisah, baik di awal bulan Syawwal ataukah di akhir bulan, karena hadits datang secara mutlaq” (Al-Mughni 4/440)


Meskipun sebagian ulama memandang lebih utama dikerjakan puasa enam hari tersebut secara berurutan dan langsung segera setelah ‘iedul fithri karena hal ini merupakan bentuk kesegeraan dalam beramal sholeh, dan juga jika diakhirkan akan dikawatirkan timbulnya halangan-halangan (lihat Haasyiyah I’aantut Tholibiin 2/268, Mughniil Muhtaaj 1/448, dan Majmu’ Fatawa wa Rosaail Syaikh Muhammad bin Sholeh al-’Utsaimin 20/18 )


Khilaf Ulama
Para ulama telah berselisih apakah orang yang melaksanakan puasa enam hari di selain bulan syawwal karena udzur atau karena hal yang lain juga akan mendapatkan keutamaan yang sama seperti jika dikerjakan di bulan syawwal?



Pendapat pertama : Keutamaan puasa syawwal bisa diperoleh dengan berpuasa enam hari tersebut di bulan syawwal dan juga di bulan-bulan yang lainnya setelah syawwal, dan pahalanya tetap sama. Dan ini adalah madzhab Malikiah.


Adapun penyebutan bulan syawwal dalam hadits dibawakan pada makna


Pertama :  hanya untuk meringankan dalam berpuasa.
Al-Qoroofi berkata, “Syari’at menentukan puasa enam hari dari bulan Syawwal untuk keringanan bagi mukallaf karena masih dekat dengan puasa (bulan Ramadhan). Namun tujuan tercapai meskipun puasanya di selain bulan Syawwal” (Adz-Dzakhiiroh 3/530)
Berkata Mahmud ‘Ulaisy, “Pengkhususan enam hari dari bulan Syawwal hanyalah untuk meringankan dan memudahkan karena ringannya seseroang berpuasa di bulan Syawwal karena sudah kebiasaan berpuasa di bulan Ramadhan” (Minahul Jalil Syarh Mukhtasor Sayyid Kholil 2/121)


Kedua : Penyebutan Syawaal hanya sebagai contoh saja, karena maksudnya adalah puasa enam hari seperti puasa dua bulan, kapan saja enam hari tersebut dilakukan.
Ibnul ‘Arobi berkata, “Meskipun seandainya puasa enam hari dikerjakan di selain bulan Syawwal maka hukumnya sama. Nabi menyebutkan bulan Syawwal bukan untuk penentuan waktu… akan tetapi hanya sebagai contoh saja” (Ahkaamul Qur’an 2/321)


Pendapat kedua : Barangsiapa yang berudzur sehingga tidak mampu untuk mengerjakan puasa enam hari di bulan Syawwal maka boleh baginya untuk mengqodhonya di bulan Dzulqo’dah, akan tetapi pahalanya lebih sedikit. Ini merupakan pendapat sebagian ulama Syafi’iyyah.


Ad-Dimyaathi berkata, “Sabda Nabi “Seperti puasa sepanjang tahun”, maksudnya adalah seperti pahala puasa wajib sepanjang tahun. Kalau maksudnya bukan demikian maka tidak ada keistimewaan puasa enam hari di bulan Syawwal, karena barangsiapa setelah berpuasa Ramadhan lalu berpuasa enam hari di selain bulan Syawaal maka dia tetap akan mendapatkan ganjaran puasa sepanjang tahun, karena setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya.


Intinya, barangsiapa yang setiap tahun berpuasa enam hari di bulan syawwal beserta puasa bulan Ramdhan maka dia seperti berpuasa wajib sepanjang masa… dan barang siapa yang berpuasa enam hari di selain bulan Syawwal maka seperti puasa sunnah sepanjang masa” (Haasyiyah I’aanatut Thoolibiin 2/268)
Pendapat ketiga : Tidak diperoleh pahala puasa setahun kecuali bagi orang yang berpuasa enam hari di bulan Syawwal. Ini adalah madzhab Hanabilah.


Berkata Al-Bahuuti, “Dan tidak diperoleh fadhilah (keutamaan) puasa enam hari tersebut jika dikerjakan di selain bulan Syawwal karena dzohirnya hadits-hadits” (Kasyful Qinaa’ 2/159)
Kesimpulan : Para ulama berbeda pendapat tentang apakah diperbolehkan melaksanakan puasa enam hari diselain bulan Syawaal dengan tetap mendapatkan keutamaannya?.


Namun barangsiapa yang hanya bisa puasa tiga hari –misalnya- di bulan Syawaal dan sisanya dia qodho di bulan Dzulqo’dah, atau sama sekali tidak bisa mengejakan keenam harinya kecuali di bulan Dzulqo’dah karena ada udzur, maka diharapkan ia juga mendapatkan pahala dan keutamaan puasa selama setahun penuh.
Syaikh Al-’Utsaimin berkata, “Kita katakan kepada orang yang wajib mengqodho puasa bulan Ramadhan, “Qodho’lah puasa Ramadhanmu terlebih dahulu lalu kemudian berpuasalah enam hari di bulan Syawwal !!”.

Jika bulan Syawwal telah berakhir sebelum selesai berpuasa enam hari, maka ia tidak mendapatkan keutamaan puasa Syawwal kecuali jika dikarenakan adanya udzur sehingga ia mengakhirkan pelaksanaan puasa Syawaal di luar bulan Syawwal” (lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Syaikh Muhammad bin Sholeh al-’Utsaimin 20/18)


Peringatan 1
Sebagian orang memandang bahwa puasa enam hari di bulan Syawwal adalah bid’ah. Mereka berdalil dengan perkataan Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththo’ (1/311) tentang puasa enam hari setelah ‘iidul fitri : “Aku tidak melihat seorangpun dari kalangan ahli ilmu dan ahli fiqh yang berpuasa enam hari tersebut. Dan tidak sampai hal ini kepadaku dari seorangpun dari kalangan salaf, dan sesungguhnya ahlul ilmi membenci hal ini, mereka kawatir hal ini merupakan bid’ah dan mereka khawatir orang-orang yang jahil akan mengikutkan puasa yang bukan bagian dari puasa Ramadhan  kepada puasa Ramadhan”


Para ulama mengomentari perkataan Imam Malik ini untuk menjawab maksud dari perkataan Imam Malik ini.
Diantara komentar mereka adalah


Pertama : Bisa jadi hadits tentang puasa enam hari di bulan Syawwal ini tidak sampai kepada Imam Malik. Ibnu Abdil Barr berkata, “Mungkin saja Imam Malik tidak mengetahui hadits ini. Kalau seandainya ia mengetahui hadits ini tentu dia akan memandang disyari’atkannya puasa enam hari di bulan Syawwal” ( Al-Istidzkaar 3/380). Kemungkinan inilah yang dikuatkan oleh As-Syinqithi dalam Adhwaaul Bayaan (7/363) karena hal ini merupakan dzohir dari perkataan Imam Malik “Dan tidak sampai hal ini kepadaku dari seorangpun dari kalangan salaf “.


Kedua : Maksud dari Imam Malik bukanlah membid’ahkan puasa enam hari di bulan Syawwal, akan tetapi beliau tetap memandang disyari’atkannya puasa enam hari di bulan Syawaal hanya saja beliau khawatir kalau dikerjakan puasa enam hari di bulan Syawwal maka orang-orang yang bodoh akan menyangka bahwa puasa enam hari tersebut termasuk rangkaian dari puasa bulan Ramdhan (lihat Al-Istidzkaar 3/379)



Peringatan 2 :
Sebagian orang memahami bahwa hadits ini menunjukan akan disyari’atkannya puasa setiap hari selama setahun penuh (365 hari), karena Rasulullah menyamakan orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan dan ditambah enam hari di bulan syawwal sama pahalanya seperti puasa selama setahun penuh.


Hal ini tidaklah tepat dari beberapa sisi;
Pertama : Hal ini tidaklah merupakan kelaziman, perumpamaan dengan sesuatu perkara yang dipermisalkan tidak melazimkan bolehnya perkara tersebut. (lihat fathul baari 4/223). Sebagai contoh dalam suatu Hadits Nabi bersabda,
مَنْ صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قيام الليلة

“Barangsiapa yang sholat (Tarwih atau qiyamul lail) bersama imam sampai sang imama selesai maka akan dicatat baginya pahala sholat semalam suntuk”.


Hadits ini tidaklah menunjukan akan bolehnya sholat semalam suntuk dari ba’da isyaa’ langsung hingga subuh setiap hari tanpa tidur, karena Nabi telah menegur seorang sahabat yang berkata, “Aku akan sholat malam terus dan tidak tidur”, dengan perkataan beliau –shllallahu ‘alaihi wa salaam”, “Adapun aku maka aku sholat malam dan aku tidur… dan barangsiapa yang benci dengan sunnahku maka bukan dari golonganku”


Kedua : Puasa dahr (setahun penuh tanpa berbuka) menyelisihi petunjuk Nabi. Nabi pernah menegur seseorang yang berkata, “Aku akan berpuasa terus tanpa berbuka” dengan perkataan beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Aku puasa dan aku berbuka… dan barangsiapa yang benci dengan sunnahku maka bukan dari golonganku”


Ketiga : Nabi bersabda kepada Abdullah bin ‘Amr,
صُم يوماً وأفطر يوماً، فذلك صيام داود عليه السلام، وهو أفضل الصيام

“Puasalah sehari dan berbukalah sehari, itulah puasa Nabi Dawud –’alaihis salam- dan ini adalah puasa yang paling afdhol”

Hadits ini menunjukan bahwa puasa Dawud adalah yang paling utama bukan puasa dahr, kalau puasa dahr disyari’atkan tentunya puasa dahrlah yang lebih afdhol


Keempat : Sabda Nabi yang tegas, لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ “Tidaklah berpuasa orang yang puasa selama-lamanya”


Kelima : Puasa dahr bertentangan dengan agama islam yang memperhatikan keseimbangan dan perhatian terhadap hak tubuh dan hak keluarga, sebagaimana perkataan Salman kepada Abu Ad-Dardaa’ dan perkataannya ini dibenarkan oleh Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حقًَّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حقًّا، وَلأهْلِكَ عَلَيْكَ حقاً، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
Sesungguhnya Robmu memliki hak yang harus engkau tunaikan, edmikian juga dirimu punya hak, keluargamu juga punya hak, maka berikanlah kepada setiap yang memiliki hak haknya (Lihat Minhatul ‘Allaam syarh Bulugul Maroom 1/91)